Home » » BAB 2 RUANG LINGKUP DAN CARA BERFIKIR SEJARAH

BAB 2 RUANG LINGKUP DAN CARA BERFIKIR SEJARAH

Posted by E-LEARNING on Sunday 24 February 2019

Dalam penyusunan cerita sejarah akan berdasarkan konsep atau metode tertentu. Sejarah dapat dibagi berdasarkan dimensi ruang (spasial), dimensi waktu (temporal).

Konsep Waktu dalam Sejarah
1. Waktu yang lalu (the past),
2. Waktu sekarang (the present)
3. Waktu yang akan datang (the future)

PETA KONSEP

1. Berpikir Diakronik
Bagaimanakah berpikir diakronik? Diakronis berasal dari bahasa Yunani, dia artinya melintasi atau melewati dan khronos yang berarti perjalanan waktu. Dengan demikian, diakronis dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak berdiri sendiri atau timbul secara tiba-tiba. Sebab sejarah meneliti gejala-gejala yang memanjang dalam waktu, tetapi dalam ruang yang terbatas.



Konsep diakronis melihat bahwa peristiwa dalam sejarah mengalami perkembangan dan bergerak sepanjang masa. Melalui proses inilah, manusia dapat melakukan perbandingan dan melihat perkembangan sejarah kehidupan masyarakatnya dari jaman ke jaman berikutnya.

Suatu peristiwa sejarah tidak bisa lepas dari peristiwa sebelumnya dan akan mempengaruhi peristiwa yang akan datang. Sehingga, berfikir secara diakronis haruslah dapat memberikan penjelasan secara kronologis dan kausalita. Studi diakronis bersifat vertikal, misalnya menyelidiki perkembangan sejarah Indonesia yang dimulai sejak adanya prasasti di Kutai sampai kini.

Bagaimanakah ciri-ciri diakronik? Adapun ciri diakronik yaitu:
a) Mengkaji dengan berlalunya masa;
b) Menitik beratkan pengkajian pristiwa pada sejarahnya
c) Bersifat historis atau komparatif;
d) Bersifat vertikal;
e) Terdapat konsep perbandingan;
f) Cakupan kajian lebih luas;

Contohnya berfikir diakronis:
Kronologi Pertempuran Ambarawa (20 Oktober-15 Desember 1945)
a) Tentara Sekutu yang diboncengi NICA mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945.
b) Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah terjadi tembak-menembak antara para pejuang kemerdekaan dengan pasukan Sekutu.
c) Kolonel Soedirman mengadakan rapat dengan para Komandan Sektor TKR dan Laskar pada tanggal 11 Desember 1945.
d) Serangan mulai dilancarkan pada tanggal 12 Desember 1945 pukul 4.30 pagi.
e) Pertempuran berakhir pada tanggal 15 Desember 1945 dan Indonesia.

2. Berpikir Sinkronik
Bagaimanakah berpikir sinkronik? Kata sinkronis berasal dari bahasa Yunani syn yang berarti dengan, dan khronos yang berarti waktu, masa. Berpikir sinkronis dalam sejarah adalah mempelajari peristiwa yang sezaman, atau bersifat horisontal.Sinkronik artinya segala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi di suatu masa/ruang tetapi terbatas dalam waktu.

Sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu.  pengertian sejarah secara sinkronik artinya mempelajari pristiwa sejarah dengan berbagai aspeknya pada waktu atau kurun waktu yang tertentu atau terbatas. Kajian sinkronis sejarah mengandung kesistematisan tinggi, sedangkan kajian diakronis tidak.  Kajian sinkronis justru lebih serius dan sulit.

Berdasarkan uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa pengertian berpikir sinkronik dalam sejarah adalah  mempelajari (mengkaji) struktur (karakter) suatu peristiwa sejarah dalam kurun waktu tertentu atau dibatasi oleh waktu.

Bagaimanakah ciri-ciri sinkronik? Ciri-Ciri sinkronik yakni sebagai berikut:
a) Mengkaji  pada masa tertentu
b) Menitik beratkan pengkajian  pada strukturnya(karakternya)
c) Bersifat horizontal
d) Tidak ada konsep perbandingan
e) Cakupan kajian lebih sempit
f) Memiliki sistematis yang tinggi
g) Bersifat lebih serius dan sulit


Contoh berpikir sinkronik:
Anda pasti mengetahui kapan Sumpah Pemuda di laksanakan, bagaimanakah dampak sosial setelah terjadinya Peristiwa Sumpah Pemuda.

PERIODISASI SEJARAH INDONESIA
Periodisasi diartikan sebagai pembabakan waktu yang digunakan untuk berbagai peristiwa. Kompleksnya peristiwa terjadi dalam kehidupan manusia pada  setiap masa memerlukan suatu pengklasifikasian berdasarkan bentuk serta jenis peristiwa tersebut. Peristiwa-peristiwa yang telah diklasifikasikan itu disusun secara kronologis berdasarkan urutan waktu kejadiannya.

Rentang waktu atau masa sejak manusia  ada hingga sekarang merupakan rentang yang sangat panjang, sehingga para ahli sejarah sering mengalami kesulitan untuk memahami dan membahas masalah-masalah yang muncul dalam sejarah kehidupan manusia. Para ahli menyusun periodisasi sejarah.

Periodisasi digunakan untuk mempermudah pemahaman dan pemahaman sejarah kehidupan manusia. Periodisasi yang dibuat oleh banyak peneliti adanya perbedaan-perbedaan pandangan sehingga periodisasi sejarah bersifat seubjektif yang dipengaruhi subjek permasalahan serta pribadi penelitinya.

Fungsi Periodisasi Sejarah
1. Mempermudah Mempelajari Sejarah
Untuk memudahkan mempelajari sejarah, maka perlu adanya pemenggalan suatu rentetan peristiwa masa lampau menjadi beberapa masa yang lebih kecil sehingga terlihat lebih mudah dan jelas.
2. Memahami Peristiwa Sejarah Secara Kronologis
Sejarawan harus mampu menyusun tata urutan waktu kejadian peristiwa¬ peristiwa sejarah sehingga ditemukan kaitan dan hukum sebab akibat antara peristiwa yang satu dengan yang lain.

Komponen Periodisasi Sejarah
Periodisasi sejarah memiliki dua komponen utama yakni kronologi dan kronik
1. Kronologi
Kronologi adalah urutan waktu dari sejumlah kejadian atau peristiwa. Sejumlah kejadian atau peristiwa tersebut haruslah saling berkesinambungan agar tercipta sebuah periodisasi yang baik, dimana periodisasi tersebut runtut dan tidak melompat-lompat urutan waktunya sehingga dapat dirunut dari masa ke masa.

Bahasan kronologi adalah sistem kalender yang dipakai dari berbagai tempat dan berbagai zaman yang berbeda serta menerjemahkan sistem kalender dengan sistem kalender yang lain. Perbedaan sistem kalender di tiap-tiap daerah menyebabkan keragaman sistem kalender di dunia. Contoh dari keragaman tersebut, misalnya perbedaan antara sistem kalender Saka dengan sistem kalender Hijriah. Keduanya berbeda karena dasar yang digunakan kedua sistem tersebut berbeda pula. Untuk itu, sebuah pemahaman kronologi menjadi amat penting bagi sejarawan karena merupakan dasar ilmu sejarah.

Sebagai sebuah dasar ilmu sejarah, kronologi juga berfungsi sebagai berikut.
Membantu menghindari terjadinya kerancuan dalam pembabakan waktu sejarah.
Merekonstruksi peristiwa sejarah di masa lalu berdasar urutan waktu yang tepat.
Menghubungkan dan membandingkan sejarah di tempat lain dalam waktu yang sama.

2. Kronik
Komponen kedua ini mengandung pengertian kisah atau catatan peristiwa menurut urutan waktu. Beberapa conroh kronik di antaranya adalah sebagai berikut.
Catatan perjalanan Fa Hien ke Tarumanegara.
Kisah perjalanan I-tsing dari Cina ke India melewati Sriwijaya.
Catatan perjalanan kedua tokoh Cina tersebut disusun secara sitematis berdasar urutan waktu sehingga mampu memberikan informasi yang baik.

Dalam sejarah Indonesia, periodisasi dibagi dua, yaitu zaman praaksara dan zaman sejarah.
a. Zaman praaksara, yaitu zaman sebelum manusia mengenal tulisan. Sejarah dapat dipelajari berdasarkan peninggalan benda-benda purbakala berupa artefak, fitur, ekofak, dan situs.
Artefak adalah semua benda yang jelas memperlihatkan hasil garapan sebagian atau seluruhnya sebagai pengubahan sumber alam oleh tangan manusia.
Fitur adalah artefak yang tidak dapat dipindahkan tanpa merusak tempatnya.
Ekofak adalah benda dari unsur lingkungan abiotik atau biotik.
Situs adalah bidang tanah yang mengandung peninggalan purbakala.
b. Zaman sejarah, yaitu zaman di mana manusia sudah mengenal tulisan. Zaman sejarah dibagi tiga sebagai berikut.
1) Zaman Kuno, yang membicarakan sejak kerajaan tertua sampai abad ke-14. Pada zaman ini, berkembang kebudayaan Indonesia yang dipengaruhi agama Hindu dan Buddha.
2) Zaman Indonesia Baru, mulai abad ke-15 yang membicarakan masa berkembangnya budaya Islam sampai abad ke-18.
3) Zaman Indonesia Modern, sejak masa pemerintahan Hindia Belanda (1800), pergerakan kemerdekaan Indonesia merdeka sampai sekarang atau masa kontemporer.

Ada beberapa unsur yang sering memengaruhi penyusunan periode-periode sejarah, salah satunya adalah unsur geografi, sebab adanya perubahan tapal batas, perubahan aliran sungai, gedung kuno direhab, bahkan adanya perubahan flora dan fauna dapat mengaburkan jejak-jejak sejarah. Konsep teoritik tentang periodisasisejarah Indonesia pernah dibahas dalam Seminar Sejarah Nasional I tahun 1957, yang menghasilkan hal-hal sebagai berikut.
a. Konsep periodisasi menurut pendapat Dr. Soekanto, periodisasi hendaknya berdasarkan ketatanegaraan artinya bersifat politik. Pembagian atas babakan masa (periodisasi) yang berdasarkan kenyataan-kenyataan sedapat mungkin harus eksak serta praktis. Menurutnya, periodisasi sejarah Indonesia diusulkan secara kronologis sebagai berikut.
1) Masa pangkal sejarah (SM – 0)
2) Masa Kutai-Tarumanegara (0 – 600)
3) Masa Sriwijaya-Medang-Singosari (600 – 1300)
4) Masa Majapahit (1300 – 1500)
5) Masa Kerajaan Islam (1500 – 1600)
6) Masa Aceh, Mataram, Makassar (1600 – 1700)
7) Masa pemerintah asing (1700 – 1945)
a) Zaman Kompeni (1800 – 1808)
b) Zaman Daendels (1808 – 1811)
c) Zaman British Government (1811 – 1816)
d) Zaman Nederlands – India (1816 – 1942)
e) Zaman Nippon (1942 – 1945)
8) Masa Republik Indonesia (1945 – sekarang)

b. Periodisasi menurut Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo
Menurut pemikiran Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo, sebagai dasar bagi babakan masa (periodisasi) adalah derajat integrasi yang tercapai di Indonesia pada masa lampau. Menurut pemikirannya, faktor ekonomi sangat memengaruhi perkembangan sosial, politik, dan kultur di Indonesia. Faktor ekonomi memengaruhi kontak Indonesia dengan luar negeri yang mendatangkan pengaruh kebudayaan luar, baik budaya Hindu dari India, budaya Islam dari Asia Barat, serta budaya barat baik dari Eropa atau negara-negara lainnya. Maka ada kemungkinan untuk membedakan dua periode besar, yaitu pengaruh Hindu dan pengaruh Islam. Sebutan dari periode itu memakai nama kerajaan sebab sifat masyarakat pada waktu itu masih homogen dan berpusat pada raja (istana sentris).

Adapun periodisasi yang diusulkan oleh Prof. Dr. Sartono adalah sebagai berikut :
1) Prasejarah
2) Zaman Kuno
a) Masa kerajaan-kerajaan tertua
b) Masa Sriwijaya (dari abad VII – XIII atau XIV).
c) Masa Majapahit (dari abad XIV – XV).
3) Zaman Baru
a) Masa Aceh, Mataram, Makassar/Ternate/Tidore (sejak abad  XVI).
b) Masa perlawanan terhadap Imperialisme Barat (abad XIX).
c) Masa pergerakan nasional (abad XX).
4) Masa Republik Indonesia (sejak tahun 1945).

Dari pemaparan tersebut terlihat bahwa munculnya banyak pandangan tentang babakan masa periodisasi, seperti yang diajukan Prof. Dr. Soekanto dan Prof. Dr. Sartono, disusun dengan:
a) memakai dasar perkembangan peradaban (civilization),
b) babakan masa didasarkan atas segi kebudayaan (culture), dan
c) babakan masa atas dasar agama yang masuk ke Indonesia.

Kesimpulannya adalah dasar kerangka teori pembabakan waktu atau periodisasi dalam sejarah menunjukkan hasil pemikiran yang berbeda-beda. Namun, hal yang terpenting dalam penyusunan periodisasi adalah adanya prinsip kontinuitas.

CONTOH-CONTOH PERIODISASI SEJARAH INDONESIA
1. –400 : zaman prasejarah Indonesia
2. 2.400-1500 : zaman pengaruh Hindu-Budha dan pertumbuhan Islam
3. 1500-1670 : Zaman kerajaan Islam dan mulai masuknya pengaruh Barat serta perluasan
pengaruh VOC.
4. 1670-1800 : Masa penjajahan oleh VOC
5. 1800-1811 : Masa pemerintahan Herman W. Daendels
6. 1811-1816 : Masa pemerintahan Thomas Stamford Raffles (Inggris).
7. 1816-1830 : Masa pemerintahan Komisaris Jenderal dan perlawanan terhadap Pemerintahan Kolonial Belanda.
8. 1830-1870 : Sistem tanam paksa oleh Gubernur Van den Bosch.
9. 1870-1942 : Sistem ekonomi Liberal Kolonial dan Politik Etis.
10. 1908 : Masa Pergerakan Nasional
11. 1942-1945 : Masa pendudukan Jepang.
12. 1945-1949 : Perjuangan mempertahankan Kemerdekaan.
13. 1949-1950 : Masa pemerintahan RIS.
14. 1950-1959 : Penerapan sistem Liberal Parlementer
15. 1959-1966 : Masa demokrasi terpimpin
16. 1966-1998 : Masa Orde Baru
17. 1998-Kini : Era Reformasi

INTERPRETASI DALAM SEJARAH
Interpretasi atau penafsiran adalah proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan simbol-simbol yang sama, baik secara simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal sebagai interpretasi berurutan).

Menurut definisi, interpretasi hanya digunakan sebagai suatu metode jika dibutuhkan. Jika suatu objek (karya seni, ujaran, dll) cukup jelas maknanya, objek tersebut tidak akan mengundang suatu interpretasi. Istilah interpretasi sendiri dapat merujuk pada proses penafsiran yang sedang berlangsung atau hasilnya.

Suatu interpretasi dapat merupakan bagian dari suatu presentasi atau penggambaran informasi yang diubah untuk menyesuaikan dengan suatu kumpulan simbol spesifik. Informasi itu dapat berupa lisan, tulisan, gambar, matematika, atau berbagai bentuk bahasa lainnya. Makna yang kompleks dapat timbul sewaktu penafsir baik secara sadar ataupun tidak melakukan rujukan silang terhadap suatu objek dengan menempatkannya pada kerangka pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas.

Tujuan interpretasi biasanya adalah untuk meningkatkan pengertian, tapi kadang, seperti pada propaganda atau cuci otak, tujuannya justru untuk mengacaukan pengertian dan membuat kebingungan. Rumus bantu dalam melakukan penafsiran terhadap suatu peristiwa adalah 5W+1H

Thanks for reading & sharing E-LEARNING

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts