Home » » Kerajaan-Kerajaan Besar Masa Islam Di Indonesia

Kerajaan-Kerajaan Besar Masa Islam Di Indonesia

Posted by E-LEARNING on Sunday 24 February 2019

Proses Awal Penyebaran Islam di Indonesia 
Proses  masuk  dan  tersosialisasinya  Islam  di  Nusantara  berlangsung  dengan  cara-cara 
damai.  Namun  sebelumnya  kita  bahas  terlebih  dahulu  tentang  teori  masuknya agama Islam di Indonesia. 

1. Teori Masuknya Agama Islam di Indonesia

  • Hoesein Djajadiningrat. Islam  masuk  ke  Nusantara  melalui  Iran  (Persia).  Buktinya  adalah  ejaan  dalam  tulisan Arab. Selain itu, pemakaian gelar ‘syah’ yang biasa dipakai di Persia, juga pernah dipergunakan oleh Raja Malaka pada abad ke-15. 
  • Soetjipto Wirjosoeparto. Islam masuk ke Nusantara melalui Gujarat, India. Hal itu dibuktikan dengan salah satu makam Raja Islam di Samudera Pasai, Aceh Utara yang nisannya terbuat dari marmer buatan Gujarat. 
  • Snouck Hurgronye dan Moquette dari Belanda. Islam masuk ke Nusantara melalui Gujarat, India. Teori ini  didasarkan  pada  kenyataan  bahwa  berbagai  batu nisan  di  berbagai  tempat  di  Nusantara,  termasuk makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik, mempunyai bentuk  yang  sama  dengan  batu  nisan  di  Cambay, Gujarat, India. 
  • Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka). Islam masuk ke Nusantara melalui Mesir dan Mekkah. Teorinya didasarkan pada sebagian besar rakyat Indonesia memeluk Islam bermadzhab Syafi’i,  seperti  yang banyak dianut oleh penduduk Mesir.  Selain  itu,  gelar  yang  dipakai  oleh  raja-raja  Samudra Pasai adalah gelar raja-raja Mesir, yaitu al Malik. 
  • Alwi Shihab. Islam  pertama  kali  masuk  ke  Nusantara  pada  abad pertama Hijriah  (abad  ke-7 M)  dibawa  oleh  pedagang-pedagang  sufi–Muslim Arab  yang memasuki Cina  lewat jalur–jalur bagian Barat. Kesimpulan itu didasarkan pada berita Cina dari periode Dinasti Tang  yang menyatakan adanya permukiman sufi Arab di Cina yang penduduknya diizinkan  oleh  penguasa  untuk  sepenuhnya  menikmati kebebasan beragama.
2. Bukti-bukti Awal Masuknya Islam ke Indonesia
Berita Dari Luar Negeri
Berita Dari Dalam Negeri
a.      Berita Cina dari Dinasti Tang  yang menyebutkan adanya rencana serangan orang-orang Ta Shih pada  tahun 674 M terhadap Kerajaan Holing (Kalingga) yang diperintah oleh Ratu Sima.
b.      Berita Arab yang  menyatakan  bahwa  pedagang  Arab  yang  beragama Islam  telah mengadakan  kegiatan  perdagangan  di Sriwijaya, termasuk Selat Malaka, sekitar abad ke-8 M.
c.      Ditemukannya batu tulis dalam bahasa Arab di Leran dekat Gresik yang  memuat  keterangan  tentang  meninggalnya  seorang perempuan  bernama  Fatimah  binti  Maimun  dengan  angka tahun 1082 M.
d.      Berita dari Marco Polo yaitu  seorang musafir dari Venesia  (Italia). Dalam  perjalanan  dari  Cina  ke  Persia,  ia singgah  di  Peureula  (Perlak),  Aceh  pada  tahun  1292.  Di  Aceh, Marco  Polo  menjumpai  penduduk  yang  beragama  Islam  dan banyak  pedagang  dari  Gujarat  (India)  yang  giat  menyebarkan Islam.
a.      Adanya makam Sultan Malik Al Saleh (tahun 1297) Yaitu seorang Raja dari Kerajaan Samudra Pasai.
b.      Berita dari Ibnu Batutah (1345-1346) seorang utusan Sultan Delhi (India) ke Cina, yang  menyatakan  bahwa  di  Sumatra terdapat kerajaan Islam. 
c.      Kompleks makam Islam Tralaya di Trowulan.  Pada  nisan  makam-makam  itu  memuat  angka  tahun  dari tahun 1369 sampai 1611.
d.      Berita dari Ma Huan, yaitu  seorang  musafir  Cina  yang  beragama  Islam, mengatakan bahwa sekitar tahun 1416 telah ada pedagang-pedagang Islam yang tinggal di pantai Utara Pulau Jawa.
e.      Adanya makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik  yang merupakan makam seorang saudagar Islam yang mengadakan kegiatan penyiaran Islam di Pulau Jawa.



Berdasarkan sumber-sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa agama Islam sudah masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M. Namun, agama Islam mulai menyebar sekitar abad ke-13 yang ditandai dengan berdirinya Samudera Pasai sebagai kerajaan Islam yang pertama.

3. Penyebar Agama Islam di Indonesia
Golongan penyebar agama Islam ke Indonesia adalah sebagai berikut : 
a.  Pedagang dari Arab 
b.  Golongan mubalig atau guru agama Islam. 
c.  Golongan sufi (ahli tasawuf) 
d.  Para wali yang terkenal adalah Wali Songo (Wali Sembilan), terdiri dari berikut ini:

  • Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim
  • Sunan Ampel atau Raden Rahmat
  • Sunan Bonang atau Raden Maulana Makhdum Ibrahim
  • Sunan Drajat atau Raden Kosim atau Syarifudin
  • Sunan Giri atau Raden Paku 
  • Sunan Muria atau Raden Umar Said
  • Sunan Kalijaga atau Joko Said
  • Sunan Kudus atau  Jafar Sadiq
  • Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah
4. Proses Penyebaran Islam


  1. Perdagangan, Proses islamisasi melalui saluran perdagangan ini dipercepat oleh situasi politik beberapa kerajaan Hindu pada saat itu, yaitu adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari kekuasaan pemerintah pusat di Majapahit. Pedagang-pedagang muslim itu banyak menetap di kota-kota pelabuhan dan membentuk perkampungan muslim.
  2. Perkawinan, Pedagang  itu menikah dengan wanita penduduk  setempat,  terutama putri  raja  atau bangsawan. Karena pernikahan  itulah banyak keluarga  raja atau bangsawan masuk Islam. 
  3. Pendidikan, Para  ulama  atau  mubaliq  mendirikan  pondok  pesantren  di  beberapa tempat  di Nusantara.  Di  situlah  para  santri  dari  berbagai  daerah  dan  berbagai kalangan masyarakat menerima pendidikan agama Islam. 
  4. Kesenian, Penyebaran agama Islam dengan menggunakan sarana kesenian disesuaikan dengan keadaan di Indonesia karena waktu itu kebudayaan Hindu-Budha dan kepercayaan asli masih berakar kuat. 
  5. Ajaran Tasawuf, Tasawuf sering dihubungkan dengan pengertian suluk (perjalanan) sebab kaum sufi memiliki kebiasaan mengembara. Tasawuf di Indonesia mulai tampak pada sekitar abad ke-16 dan 17. Tokoh-tokoh  tasawuf  yang  terkenal  antara  lain Hamzah Fansuri, Syamsuddin al Samatrani, Nuruddin al raniri, dan Abdul al-rauf Sinkel.

Perkembangan Kerajaan–Kerajaan Islam di Indonesia 
1. Kerajaan Samudra Pasai 
Letak Geografis, terletak di daerah pantai timur Pulau Sumatra bagian Utara Merupakan Kerajaan Islam Pertama di Indonesia serta wilayahnya menjadi bandar transit antara pedagang dari barat dan pedagang dari timur. 
Peletak dasar kerajaan : Nazamuddin al Kamil
Raja pertama : Sultan Malikul Saleh (1285-1297) 
Raja terakhir ; Zainal Abidin (1523-1524 ) 
a. Sumber Sejarah 
Sumber-sumber  sejarah  yang  dapat  dipakai  untuk mempelajari  sejarah Samudra Pasai adalah sebagai berikut : 
1) Inskripsi (tulisan) pada nisan makam Sultan Malik Al Saleh. 
2) Berita-berita asing dari MarcoPolo dan Ibnu Battutah. 
3) Kronik Raja Pasai. 
b. Politik 
Kerajaan Samudra Pasai dibangun oleh Marah Silu atau Merah Selu yang berhasil mempersatukan  Samudra  dan  Pasai.  Samudra  Pasai  berkembang  dengan  cepat menjadi pusat perdagangan dan pusat studi Islam yang ramai. 

2. Kerajaan Aceh 
Terletak di pulau Sumatra bagian Utara, dekat dengan jalur pelayaran dan perdagangan International. Pendirinya : Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528). Puncak kejayaannya : Sultan Iskandar Muda (1607-1636). 
a. Politik 
Sultan  pertama  yang  memerintah  dan  sekaligus  sebagai  pendiri  Kerajaan  Aceh adalah  Sultan  Ali  Mughayat  Syah  (1514-1528).  Bandar  Aceh  dibuka  menjadi Bandar  Internasional  dengan  jaminan  pengamanan  gangguan  laut  dari  kapal perang Portugis. Dalam  perkembanganya  Kerajaan  Aceh  mengalami  kemunduran.  Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran Kerajaan Aceh antara lain : 
1) Kekalahan  Aceh  melawan  Portugis  di  Malaka  dalam  perang  tahun  1629 membawa korban jiwa dan harta benda serta kapal-kapal yang cukup besar. 
2) Tidak  adanya  tokoh  yang  cakap  memerintah  sepeninggal  Sultan  Iskandar Muda. 
3) Daerah–daerah  taklukan yang  jauh dari pemerintah pusat mulai melepaskan diri dari pengaruh Aceh, seperti  : Johor, Perlak, Pahang, Minangkabau, dan Siak. 
b. Sosial Budaya 
Pada zaman  itu muncul Hamzah Fansuri, seorang ulama besar yang mengajarkan ilmu tasawuf  dan  pengarang  buku  tentang  filsafat  agama  Islam  dan  syiar keagamaan. 

3. Kerajaan Demak 
Kerajaan Demak mulai berdiri sekitar tahun 1478. Wilayah kekuasaan Demak cukup  luas,  yaitu  meliputi  daerah  sepanjang  pantai  utara  Pulau  Jawa,  sedangkan daerah  pengaruhnya  sampai  ke  Palembang,  Jambi,  Banjar  dan  Maluku.  Faletehan adalah seorang guru besar Agama Islam dari Pasai dan seorang panglima militer yang cakap. Secara singkat inilah profil Kerajaan Demak : 

  • Terletak di Pantai, daerah Bergota dan Jepara Utara Jawa Tengah
  • Pendirinya : Raden Patah 1500 – 1518
  • Kerajaan yang tertua di pulau Jawa adalah Demak 
  • Pengganti Raden Patah adalah Adipati Unus yang mendapat sebutan Pangeran Sabrang Lor
  • Mencapai kejayaannya masa Pangeran Trenggono
  • Keruntuhan Demak : perebutan kekuasaan antara keluarga Pangeran Sekar Seda Lepen dengan keluarga Pangeran Trenggono
  • Pusat pemerintahan Demak dipindahkan oleh Jaka Tingkir yang bergelar Sultan Hadiwijaya 
4. Kerajaan Pajang 
Jaka  Tingkir  menjadi  raja  pertama  Kerajaan  pajang  yang  bergelar Sultan Hadiwijaya. Kedudukannya  yang disahkan oleh Sunan Giri,  segera mendapat pengakuan  dari  adipati  di  seluruh  Jawa  Tengah  dan  Jawa  Timur.  Peperangan  yang sengit  terjadi  pada  tahun  1582,  namun  prajurit  Pajang  menderita  kekalahan  besar. Sultan  Hadiwijaya  menderita  sakit  dan  akhirnya  wafat.  Setelah  itu,  terjadilah perebutan kekuasaan di antara para bangsawan. Secara singkat  inilah profil Kerajaan Pajang  : 

  • Jaka Tingkir menjadi raja pertama Kerajaan Panjang yang bergelar Sultan Hadi Wijaya 
  • Pada  masa  kekuasaannya,  ia  mengahdiahkan  wilayah  Mataram,  kepada  Kyai Hyang Pemanahan 
  • Sistem  pemerintahan  Jaka  Tingkir  yaitu  agraris  karena  ia memindahkan  pusat pemerintahan kedaerah pedalaman. 
5. Kerajaan Mataram Islam 
Pemerintahan Senopati  ternyata banyak menghadapi rintangan. Para bupati di pesisir  Utara  Jawa  yang  sebelumnya  tunduk  kepada  Demak  dan  Pajang,  ingin melepaskan  diri.  Perlawanan terhadap Mataram berpusat  di Demak,  Jepara,  Kudus, dan Gresik–Surabaya. Kekuatan dihimpun dari Kediri, Madiun,  dan Ponorogo  yang berpusat di Pajang. Senopati  diganti  oleh  putranya,  yaitu Mas  Jolang.  Pada  masa  pemerintahan Mas  Jolang  juga  diwarnai  dengan  peperangan  yang  melelahkan  terhadap  para pemberontak  terutama  para  bupati  di  daerah  pesisir.  Sepeninggal Mas Jolang penggantinya adalah Putranya, Mas Rangsang. Setelah naik takhta ia bergelar Sultan Agung Senopati Ing Alaga Ngabdurrahman Kalipatullah.  Rintangan yang harus dihadapinya terdiri dari berikut ini : 

  • Bupati–bupati yang tidak mau tunduk kepada Mataram, antara lain Pati, Lasem, Tuban, Surabaya, Madura, Blora, Madiun, dan Bojonegoro. 
  • Kerajaan Cirebon dan Banten (di Jawa Barat) 
  • Kompeni Belanda di Batavia. 
a. Sosial Politik 
Mulai  tahun  1615,  Sultan  Agung  menggempur  pertahanan  bupati–bupati daerah  pesisir.  Satu  demi  satu  daerah–daerah  seperti  Semarang,  Jepara, Demak, Lasem, Tuban, dan Madura dapat ditundukkan Mataram.  Setelah Surabaya jatuh, Sultan  Agung  adalah  raja  seluruh  Jawa,  kecuali  Banten,  Batavia,  Cirebon,  dan Blambangan. Kerajaan Mataram mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan  Agung Hanyakrakusuma  (1613-1645).  Prestasi  besar  yang  dapat  dicapai oleh Sultan Agung antara lain sebagai berikut : 

  1. Memperluas  daerah  kekuasaannya  hingga  meliputi  Jawa-Madura  (kecuali Banten dan Batavia), Palembang, Jambi, dan Banjarmasin. 
  2. Mengatur dan mengawasi wilayahnya yang  luas  itu  langsung dari pemerintah pusatnya (Kota Gede). 
  3. Melakukan  kegiatan  ekonomi  yang  bercorak  agraris  dan  maritim. Mataram adalah pengekspor beras terbesar pada masa itu. 
  4. Melakukan  mobilisasi  militer  secara  besar–besaran  sehingga  mampu menundukkan  daerah–daerah  sepanjang  pantai  Utara  Jawa  dan  mampu menyerang  Belanda  di  Batavia  sampai  dua  kali.  Andaikata  Batavia  tidak dipagari  tembok-tembok  yang  tinggi,  benteng–benteng  yang  kuat  dan persenjataan yang modern, sudah pasti Batavia jatuh di tangan Mataram. Pengaruh Perkembangan Agama Dan Kebudayaan Islam Di Indonesia 
  5. Mengubah perhitungan tahun Jawa Hindu (Saka) dengan tahun Islam (Hijriah) yang berdasarkan peredaran bulan (sejak tahun 1633). 
  6. Menyusun karya sastra yang cukup terkenal, yaitu Sastra Gending. 
  7. Menyusun kitab undang–undang baru yang merupakan perpaduan dari hukum Islam dengan adat–istiadat Jawa yang disebut Surya Alam. 
Pada tahun 1755, Mataram pecah menjadi dua kerajaan. Pembagian ini didasarkan pada isi Perjanjian Giyanti. Kedua kerajaan tersebut adalah Kesultanan Yogyakarta (Ngayogyakarta Hadiningrat) dengan pusatnya di Yogyakarta. Kesultanan Yogyakarta diperintah oleh Mangkubumi dengan gelar Hamengku Buwono I. Kesuhunan Surakarta dengan pusatnya di Surakarta. Kesuhunan Surakarta diperintah oleh Susuhunan Pakubuwono III.
Perkembangan berikutnya, Kesuhunan Surakarta pecah menjadi dua, yaitu Kesuhunan dan Mangkunegaran. Pembagian ini didasarkan pada Perjanjian Salatiga pada tahun 1757 antara Mas Said dan Mataram. Kasultanan Yogyakarta akhirnya juga terbagi atas Kasultanan dan Paku Alaman.

6. Kerajaan Banten 
Pada awalnya Banten adalah daerah kekusaan Kerajaan Pajajaran.  Banten  segera  tumbuh menjadi Bandar  yang penting di Selat Sunda  setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis (1511) karena padagang–pedagang dari Gujarat, India, Timur Tengah,  Arab  dan  sebagainya  enggan  berlabuh  ke  Malaka.  Banten  mengalami kemunduran.  Banten  mencapai  puncak  kejayaan  kembali  pada  masa  pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Inilah profil singkat Kerajaan Banten : 

  • Setelah  Sunda  Kelapa  berhasil  direbut  Fatahillah  atau  Falatehan  pada  tahun 1526M,  daerah  banten  dikembangkan  sebagai  pusat  perdagangan  dan  pusat penyebaran agama Islam 
  • Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa 
  • Maulana Muhammad  Putra Yusuf  yang  baru  berusia  sembilan  tahun  diangkat menjadi raja dengan gelar ratu banten dibawah perwalian Mangkubumi 
7. Kerajaan Banjar 
Dari  Hikayat  Banjar  dapat  diketahui  bahwa  Kerajaan  Banjar  beribukota  di Banjarmasin.  Keraton  itu didirikan oleh Pangeran Samudra  sekitar permulaan  abad ke-16. Daerah Banjarmasin  yang  terletak  di  muara  sungai  memungkinkan  kapal-kapal  besar  dari pantai  berlabuh  di  sana.  Raja  yang  pertama  ialah  Pangeran  Samudra  yang  setelah menjadi Raja dinobatkan menjadi Sultan Suryanullah atau Suryansyah.  

8. Kerajaan Gowa Tallo
Kerajaan Gowa  dan Tallo. Dua  kerajaan  itu  lazim  disebut Kerajaan Makassar. Dari Makassar agama Islam disebarkan ke berbagai daerah, bahkan sampai ke Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Pertumbuhan Makassar makin cepat  setelah Malaka  jatuh ke  tangan Portugis  (1511) dan Maluku dikuasai oleh Portugis dan Belanda. Pada pertengahan abad ke-17, Makassar atau Gowa berada pada puncak kejayaannya. Pelabuhan Kerajaan Gowa di Sombaopu merupakan  sebuah pelabuhan  transit  yang penting bagi kapal-kapal yang berlayar ke atau dari Maluku. Antara  Makassar  dan  Belanda  sering  terjadi  konflik  karena  persaingan  dagang. Keadaan  semakin  meruncing  dan  akhirnya  pecah  menjadi  perang  terbuka.  Dalam peperangan  tersebut  Belanda  sering  mengalami  kesulitan  dalam  menundukkan Makassar sehingga Belanda memperalat Aru Palaka (Raja Bone) untuk mengalahkan Makassar.
Isi Perjanjian Bongaya (1667):

  • Sultan Hasanuddin harus memberikan kebebasan berdagang kepada VOC di Sulawesi Selatan.
  • Dalam melaksanakan perdagangan VOC akan memegang hak monopoli.
  • Daerah Kerajaan Bone yang dahulu direbut Sultan Hasanuddin diserahkan kembali dan Aru Palaka diangkat menjadi Raja Bone.
9. Kerajaan Ternate Tidore
Pada abad ke-13 di Maluku sudah berdiri kerajaan Ternate yang  ibu kotanya  terletak di  Sampalu  (Pulau  Ternate). Menurut  catatan  orang  Portugis,  raja  di Maluku  yang mula-mula memeluk agama Islam adalah Raja Ternate, yaitu Gapi Baguna atau Sultan Marhum  yang masuk  Islam karena menerima pengaruh dakwah dari Datuk Maulana Husin.  Penguasa Ternate yang menentang Portugis adalah Sultan Khairun yang memerintah pada  tahun  1550  sampai  1570.  Ia  secara  tegas  menolak  kehadiran  para  misionaris Portugis di Ternate. Di  bawah  pemerintahan  Sultan  Baabullah,  Kerajaan  Ternate  mencapai  masa kejayaannya.  Kerajaan  Ternate  telah  berhasil  membangun  armada  laut  yang  cukup kuat sehingga mampu melindungi wilayahnya yang cukup luas tersebut. 
Kerajaan Tidore terletak di sebalah selatan Ternate. Kerajaan tidore merupakan penghasil cengkih yang besar. Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1789 – 1805).

Peninggalan-peninggalan bercorak Islam dapat dilihat dari: penggunaan bahasa Arab, bangunan fisik (candi dan nisan pada makam), khasanah kesusastraan, karya seni kaligrafi, musik, dan tari. Hingga sekarang tradisi bernilai Islam tersebut masih dipraktikkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.

Kehidupan Politik dan Sosial-Budaya Indonesia pada Masa Perkembangan Islam
1. Bidang Politik 
Konsep dewa raja yang bercorak Hindu-Buddha (di mana raja dianggap sebagai titisan dewa) diganti dengan konsep khalifah.  Sebutan “raja” diganti dengan “sultan”. Selain itu, saat meninggal sang sultan tidak di-dharma-kan di dalam candi, melainkan dimakamkan secara Islam.  

2. Bidang Sosial-Budaya
Dalam bidang sosial-budaya, pengaruh Islam tampak dalam beberapa hal. Pertama, tidak dikenal lagi sistem kasta atau pelapisan sosial seperti yang berlaku dalam agama Hindu. Kedua, dari segi bahasa, banyak kosakata Arab yang dipakai dan/atau diserap ke dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Selain itu, juga terjadi  modifikasi atas huruf-huruf Pallawa ke dalam bahasa Arab, yang kemudian dikenal sebagai huruf Jawi. Ketiga, pengaruh yang sangat nyata adalah dalam bidang pendidikan, terutama pesantren. Melalui pesantren, agama dan kebudayaan Islam dikembangkan dan beradaptasi dengan budaya lokal yang berkembang di sekitarnya. Keempat, dalam hal busana, ada jenis pakaian pakaian tertentu yang menunjukkan identitas Islam seperti sarung, baju koko, kopiah, dan jilbab. 

3. Seni Bangunan
Bangunan makam, masjid, dan keraton menunjukkan adanya akulturasi dengan bangunan pada masa Hindu-Buddha, yaitu sebagai berikut.

  • Atapnya atap tumpang atau bertingkat yang jumlahnya selalu ganjil.
  • Posisi masjid agak tinggi dari permukaan tanah dan berundak.
  • Ada serambi yang terdapat di depan atau samping masjid sebagai tempat mencuci kaki.
  • Adanya pewestren, yaitu ruang khusus bagi perempuan yang terletak di sebelah kanan masjid untuk mengikuti salat berjamaah.
  • Memiliki denah berbentuk bujur sangkar.
  • Makam-makam kuno diletakkan di atas bukit.
  • Bangunan keraton digunakan oleh keluarga sultan sebagai tempat tinggalnya, biasanya didirikan di dekat alun-alun ibu kota dan menghadap ke utara. 
4. Seni Sastra
Dalam seni sastra, pengaruh Arab dan Persia sangat kuat, namun tetap disesuaikan dengan tradisi setempat. Pengaruh Arab biasanya berbentuk syair yang terdiri atas empat baris alam tiap baitnya. Sedangkan pengaruh Persia berbentuk hikayat, yaitu kisah perseorangan yang diangkat dari tokoh-tokoh terkenal yang hidup pada masa itu. Jenis sastra lainnya adalah babad, yakni suatukarya sastra yang hidup dalam masyarakat tradisional dan lingkungan kebudayaan Jawa. Ada juga suluk, yaitu kitab-kitab yang berisi ajaran tasawuf.  

5. Seni Rupa
Para seniman pada masa itu adakalanya membuat ukiran binatang atau makhluk hidup lainnya yang bentuknya disamarkan, dengan sebuah teknik yang disebut stilisasi (deformasi). Teknik stilisasi digunakan karena ajaran Islam melarang melukis makhluk bernyawa.   

6. Seni Kaligrafi
Seni kaligrafi adalah seni menulis indah yang memadukan seni lukis dan seni ukir, yang distilisasi dan menggunakan tulisan dalam bahasa Arab. Isi penulisan dalam kaligrafi umumnya bersumber dari ayat-ayat suci Al-Qur’an dan hadist. Kaligrafi juga berfungsi sebagai hiasan. Pada umumnya menampilkan pola daun, bunga, bukit karang, pemandangan, dan garis-garis geometris. 

7. Seni Tari dan Musik
Pengaruh Islam tampak dalam tiga bentuk kesenian, yaitu Debus, tari Seudati, dan Zapin. Pada pertunjukan Debus diawali oleh nyanyian dan pembacaan ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur’an, serta salam (salawat) kepada Nabi Muhammad. Tari Seudati adalah nama tarian yang berasal dari Aceh. Seudati berasal dari kata Syahadat, yang artinya bersaksi/saksi/pengakuan terhadap tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Dalam tari Seudati, para penari menyanyikan lagu yang isinya salawat kepada Nabi Muhammad. Sementara Zapin merupakan khazanah tarian rumpun Melayu yang mendapat pengaruh Arab, Persia, dan India sejak abad ke-13. Tarian tradisional ini bersifat edukatif sekaligus menghibur, digunakan juga sebagai media dakwah Islam melalui syair lagu-lagu Zapin yang didendangkan.

8. Sistem Kalender
Pada masa Islam digunakan sistem kalender Hijriah. Kalender Hijriah diawali dengan bulan Muharram dan diakhiri bulan Zulhijah. Perhitungan satu tahun adalah dua belas kali siklus bulan.

Thanks for reading & sharing E-LEARNING

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts