Proses Awal Penyebaran Islam di Indonesia
Proses masuk dan tersosialisasinya Islam di Nusantara berlangsung dengan cara-cara
damai. Namun sebelumnya kita bahas terlebih dahulu tentang teori masuknya agama Islam di Indonesia.
1. Teori Masuknya Agama Islam di Indonesia
- Hoesein Djajadiningrat. Islam masuk ke Nusantara melalui Iran (Persia). Buktinya adalah ejaan dalam tulisan Arab. Selain itu, pemakaian gelar ‘syah’ yang biasa dipakai di Persia, juga pernah dipergunakan oleh Raja Malaka pada abad ke-15.
- Soetjipto Wirjosoeparto. Islam masuk ke Nusantara melalui Gujarat, India. Hal itu dibuktikan dengan salah satu makam Raja Islam di Samudera Pasai, Aceh Utara yang nisannya terbuat dari marmer buatan Gujarat.
- Snouck Hurgronye dan Moquette dari Belanda. Islam masuk ke Nusantara melalui Gujarat, India. Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa berbagai batu nisan di berbagai tempat di Nusantara, termasuk makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik, mempunyai bentuk yang sama dengan batu nisan di Cambay, Gujarat, India.
- Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka). Islam masuk ke Nusantara melalui Mesir dan Mekkah. Teorinya didasarkan pada sebagian besar rakyat Indonesia memeluk Islam bermadzhab Syafi’i, seperti yang banyak dianut oleh penduduk Mesir. Selain itu, gelar yang dipakai oleh raja-raja Samudra Pasai adalah gelar raja-raja Mesir, yaitu al Malik.
- Alwi Shihab. Islam pertama kali masuk ke Nusantara pada abad pertama Hijriah (abad ke-7 M) dibawa oleh pedagang-pedagang sufi–Muslim Arab yang memasuki Cina lewat jalur–jalur bagian Barat. Kesimpulan itu didasarkan pada berita Cina dari periode Dinasti Tang yang menyatakan adanya permukiman sufi Arab di Cina yang penduduknya diizinkan oleh penguasa untuk sepenuhnya menikmati kebebasan beragama.
2. Bukti-bukti Awal Masuknya Islam ke Indonesia
Berita Dari Luar Negeri
|
Berita Dari Dalam Negeri
|
a. Berita
Cina dari Dinasti Tang yang
menyebutkan adanya rencana serangan orang-orang Ta Shih pada tahun 674 M terhadap Kerajaan Holing
(Kalingga) yang diperintah oleh Ratu Sima.
b. Berita
Arab yang menyatakan bahwa
pedagang Arab yang
beragama Islam telah
mengadakan kegiatan perdagangan
di Sriwijaya, termasuk Selat Malaka, sekitar abad ke-8 M.
c. Ditemukannya
batu tulis dalam bahasa Arab di Leran dekat Gresik yang memuat
keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan bernama
Fatimah binti Maimun
dengan angka tahun 1082 M.
d. Berita
dari Marco Polo yaitu seorang musafir
dari Venesia (Italia). Dalam perjalanan
dari Cina ke
Persia, ia singgah di
Peureula (Perlak), Aceh
pada tahun 1292.
Di Aceh, Marco Polo
menjumpai penduduk yang
beragama Islam dan banyak
pedagang dari Gujarat
(India) yang giat
menyebarkan Islam.
|
a. Adanya
makam Sultan Malik Al Saleh (tahun 1297) Yaitu seorang Raja dari Kerajaan
Samudra Pasai.
b. Berita
dari Ibnu Batutah (1345-1346) seorang utusan Sultan Delhi (India) ke Cina,
yang menyatakan bahwa
di Sumatra terdapat kerajaan
Islam.
c. Kompleks
makam Islam Tralaya di Trowulan. Pada nisan
makam-makam itu memuat
angka tahun dari tahun 1369 sampai 1611.
d. Berita
dari Ma Huan, yaitu seorang musafir
Cina yang beragama
Islam, mengatakan bahwa sekitar tahun 1416 telah ada pedagang-pedagang
Islam yang tinggal di pantai Utara Pulau Jawa.
e. Adanya
makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik
yang merupakan makam seorang saudagar Islam yang mengadakan kegiatan
penyiaran Islam di Pulau Jawa.
|
Berdasarkan sumber-sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa agama Islam sudah masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M. Namun, agama Islam mulai menyebar sekitar abad ke-13 yang ditandai dengan berdirinya Samudera Pasai sebagai kerajaan Islam yang pertama.
3. Penyebar Agama Islam di Indonesia
Golongan penyebar agama Islam ke Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Pedagang dari Arab
b. Golongan mubalig atau guru agama Islam.
c. Golongan sufi (ahli tasawuf)
d. Para wali yang terkenal adalah Wali Songo (Wali Sembilan), terdiri dari berikut ini:
- Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim
- Sunan Ampel atau Raden Rahmat
- Sunan Bonang atau Raden Maulana Makhdum Ibrahim
- Sunan Drajat atau Raden Kosim atau Syarifudin
- Sunan Giri atau Raden Paku
- Sunan Muria atau Raden Umar Said
- Sunan Kalijaga atau Joko Said
- Sunan Kudus atau Jafar Sadiq
- Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah
4. Proses Penyebaran Islam
- Perdagangan, Proses islamisasi melalui saluran perdagangan ini dipercepat oleh situasi politik beberapa kerajaan Hindu pada saat itu, yaitu adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari kekuasaan pemerintah pusat di Majapahit. Pedagang-pedagang muslim itu banyak menetap di kota-kota pelabuhan dan membentuk perkampungan muslim.
- Perkawinan, Pedagang itu menikah dengan wanita penduduk setempat, terutama putri raja atau bangsawan. Karena pernikahan itulah banyak keluarga raja atau bangsawan masuk Islam.
- Pendidikan, Para ulama atau mubaliq mendirikan pondok pesantren di beberapa tempat di Nusantara. Di situlah para santri dari berbagai daerah dan berbagai kalangan masyarakat menerima pendidikan agama Islam.
- Kesenian, Penyebaran agama Islam dengan menggunakan sarana kesenian disesuaikan dengan keadaan di Indonesia karena waktu itu kebudayaan Hindu-Budha dan kepercayaan asli masih berakar kuat.
- Ajaran Tasawuf, Tasawuf sering dihubungkan dengan pengertian suluk (perjalanan) sebab kaum sufi memiliki kebiasaan mengembara. Tasawuf di Indonesia mulai tampak pada sekitar abad ke-16 dan 17. Tokoh-tokoh tasawuf yang terkenal antara lain Hamzah Fansuri, Syamsuddin al Samatrani, Nuruddin al raniri, dan Abdul al-rauf Sinkel.
Perkembangan Kerajaan–Kerajaan Islam di Indonesia
1. Kerajaan Samudra Pasai
Letak Geografis, terletak di daerah pantai timur Pulau Sumatra bagian Utara Merupakan Kerajaan Islam Pertama di Indonesia serta wilayahnya menjadi bandar transit antara pedagang dari barat dan pedagang dari timur.
Peletak dasar kerajaan : Nazamuddin al Kamil
Raja pertama : Sultan Malikul Saleh (1285-1297)
Raja terakhir ; Zainal Abidin (1523-1524 )
a. Sumber Sejarah
Sumber-sumber sejarah yang dapat dipakai untuk mempelajari sejarah Samudra Pasai adalah sebagai berikut :
1) Inskripsi (tulisan) pada nisan makam Sultan Malik Al Saleh.
2) Berita-berita asing dari MarcoPolo dan Ibnu Battutah.
3) Kronik Raja Pasai.
b. Politik
Kerajaan Samudra Pasai dibangun oleh Marah Silu atau Merah Selu yang berhasil mempersatukan Samudra dan Pasai. Samudra Pasai berkembang dengan cepat menjadi pusat perdagangan dan pusat studi Islam yang ramai.
2. Kerajaan Aceh
Terletak di pulau Sumatra bagian Utara, dekat dengan jalur pelayaran dan perdagangan International. Pendirinya : Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528). Puncak kejayaannya : Sultan Iskandar Muda (1607-1636).
a. Politik
Sultan pertama yang memerintah dan sekaligus sebagai pendiri Kerajaan Aceh adalah Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528). Bandar Aceh dibuka menjadi Bandar Internasional dengan jaminan pengamanan gangguan laut dari kapal perang Portugis. Dalam perkembanganya Kerajaan Aceh mengalami kemunduran. Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran Kerajaan Aceh antara lain :
1) Kekalahan Aceh melawan Portugis di Malaka dalam perang tahun 1629 membawa korban jiwa dan harta benda serta kapal-kapal yang cukup besar.
2) Tidak adanya tokoh yang cakap memerintah sepeninggal Sultan Iskandar Muda.
3) Daerah–daerah taklukan yang jauh dari pemerintah pusat mulai melepaskan diri dari pengaruh Aceh, seperti : Johor, Perlak, Pahang, Minangkabau, dan Siak.
b. Sosial Budaya
Pada zaman itu muncul Hamzah Fansuri, seorang ulama besar yang mengajarkan ilmu tasawuf dan pengarang buku tentang filsafat agama Islam dan syiar keagamaan.
3. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak mulai berdiri sekitar tahun 1478. Wilayah kekuasaan Demak cukup luas, yaitu meliputi daerah sepanjang pantai utara Pulau Jawa, sedangkan daerah pengaruhnya sampai ke Palembang, Jambi, Banjar dan Maluku. Faletehan adalah seorang guru besar Agama Islam dari Pasai dan seorang panglima militer yang cakap. Secara singkat inilah profil Kerajaan Demak :
- Terletak di Pantai, daerah Bergota dan Jepara Utara Jawa Tengah
- Pendirinya : Raden Patah 1500 – 1518
- Kerajaan yang tertua di pulau Jawa adalah Demak
- Pengganti Raden Patah adalah Adipati Unus yang mendapat sebutan Pangeran Sabrang Lor
- Mencapai kejayaannya masa Pangeran Trenggono
- Keruntuhan Demak : perebutan kekuasaan antara keluarga Pangeran Sekar Seda Lepen dengan keluarga Pangeran Trenggono
- Pusat pemerintahan Demak dipindahkan oleh Jaka Tingkir yang bergelar Sultan Hadiwijaya
4. Kerajaan Pajang
Jaka Tingkir menjadi raja pertama Kerajaan pajang yang bergelar Sultan Hadiwijaya. Kedudukannya yang disahkan oleh Sunan Giri, segera mendapat pengakuan dari adipati di seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur. Peperangan yang sengit terjadi pada tahun 1582, namun prajurit Pajang menderita kekalahan besar. Sultan Hadiwijaya menderita sakit dan akhirnya wafat. Setelah itu, terjadilah perebutan kekuasaan di antara para bangsawan. Secara singkat inilah profil Kerajaan Pajang :
- Jaka Tingkir menjadi raja pertama Kerajaan Panjang yang bergelar Sultan Hadi Wijaya
- Pada masa kekuasaannya, ia mengahdiahkan wilayah Mataram, kepada Kyai Hyang Pemanahan
- Sistem pemerintahan Jaka Tingkir yaitu agraris karena ia memindahkan pusat pemerintahan kedaerah pedalaman.
5. Kerajaan Mataram Islam
Pemerintahan Senopati ternyata banyak menghadapi rintangan. Para bupati di pesisir Utara Jawa yang sebelumnya tunduk kepada Demak dan Pajang, ingin melepaskan diri. Perlawanan terhadap Mataram berpusat di Demak, Jepara, Kudus, dan Gresik–Surabaya. Kekuatan dihimpun dari Kediri, Madiun, dan Ponorogo yang berpusat di Pajang. Senopati diganti oleh putranya, yaitu Mas Jolang. Pada masa pemerintahan Mas Jolang juga diwarnai dengan peperangan yang melelahkan terhadap para pemberontak terutama para bupati di daerah pesisir. Sepeninggal Mas Jolang penggantinya adalah Putranya, Mas Rangsang. Setelah naik takhta ia bergelar Sultan Agung Senopati Ing Alaga Ngabdurrahman Kalipatullah. Rintangan yang harus dihadapinya terdiri dari berikut ini :
- Bupati–bupati yang tidak mau tunduk kepada Mataram, antara lain Pati, Lasem, Tuban, Surabaya, Madura, Blora, Madiun, dan Bojonegoro.
- Kerajaan Cirebon dan Banten (di Jawa Barat)
- Kompeni Belanda di Batavia.
a. Sosial Politik
Mulai tahun 1615, Sultan Agung menggempur pertahanan bupati–bupati daerah pesisir. Satu demi satu daerah–daerah seperti Semarang, Jepara, Demak, Lasem, Tuban, dan Madura dapat ditundukkan Mataram. Setelah Surabaya jatuh, Sultan Agung adalah raja seluruh Jawa, kecuali Banten, Batavia, Cirebon, dan Blambangan. Kerajaan Mataram mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645). Prestasi besar yang dapat dicapai oleh Sultan Agung antara lain sebagai berikut :
- Memperluas daerah kekuasaannya hingga meliputi Jawa-Madura (kecuali Banten dan Batavia), Palembang, Jambi, dan Banjarmasin.
- Mengatur dan mengawasi wilayahnya yang luas itu langsung dari pemerintah pusatnya (Kota Gede).
- Melakukan kegiatan ekonomi yang bercorak agraris dan maritim. Mataram adalah pengekspor beras terbesar pada masa itu.
- Melakukan mobilisasi militer secara besar–besaran sehingga mampu menundukkan daerah–daerah sepanjang pantai Utara Jawa dan mampu menyerang Belanda di Batavia sampai dua kali. Andaikata Batavia tidak dipagari tembok-tembok yang tinggi, benteng–benteng yang kuat dan persenjataan yang modern, sudah pasti Batavia jatuh di tangan Mataram. Pengaruh Perkembangan Agama Dan Kebudayaan Islam Di Indonesia
- Mengubah perhitungan tahun Jawa Hindu (Saka) dengan tahun Islam (Hijriah) yang berdasarkan peredaran bulan (sejak tahun 1633).
- Menyusun karya sastra yang cukup terkenal, yaitu Sastra Gending.
- Menyusun kitab undang–undang baru yang merupakan perpaduan dari hukum Islam dengan adat–istiadat Jawa yang disebut Surya Alam.
Pada tahun 1755, Mataram pecah menjadi dua kerajaan. Pembagian ini didasarkan pada isi Perjanjian Giyanti. Kedua kerajaan tersebut adalah Kesultanan Yogyakarta (Ngayogyakarta Hadiningrat) dengan pusatnya di Yogyakarta. Kesultanan Yogyakarta diperintah oleh Mangkubumi dengan gelar Hamengku Buwono I. Kesuhunan Surakarta dengan pusatnya di Surakarta. Kesuhunan Surakarta diperintah oleh Susuhunan Pakubuwono III.
Perkembangan berikutnya, Kesuhunan Surakarta pecah menjadi dua, yaitu Kesuhunan dan Mangkunegaran. Pembagian ini didasarkan pada Perjanjian Salatiga pada tahun 1757 antara Mas Said dan Mataram. Kasultanan Yogyakarta akhirnya juga terbagi atas Kasultanan dan Paku Alaman.
6. Kerajaan Banten
Pada awalnya Banten adalah daerah kekusaan Kerajaan Pajajaran. Banten segera tumbuh menjadi Bandar yang penting di Selat Sunda setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis (1511) karena padagang–pedagang dari Gujarat, India, Timur Tengah, Arab dan sebagainya enggan berlabuh ke Malaka. Banten mengalami kemunduran. Banten mencapai puncak kejayaan kembali pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Inilah profil singkat Kerajaan Banten :
- Setelah Sunda Kelapa berhasil direbut Fatahillah atau Falatehan pada tahun 1526M, daerah banten dikembangkan sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran agama Islam
- Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa
- Maulana Muhammad Putra Yusuf yang baru berusia sembilan tahun diangkat menjadi raja dengan gelar ratu banten dibawah perwalian Mangkubumi
7. Kerajaan Banjar
Dari Hikayat Banjar dapat diketahui bahwa Kerajaan Banjar beribukota di Banjarmasin. Keraton itu didirikan oleh Pangeran Samudra sekitar permulaan abad ke-16. Daerah Banjarmasin yang terletak di muara sungai memungkinkan kapal-kapal besar dari pantai berlabuh di sana. Raja yang pertama ialah Pangeran Samudra yang setelah menjadi Raja dinobatkan menjadi Sultan Suryanullah atau Suryansyah.
8. Kerajaan Gowa Tallo
Kerajaan Gowa dan Tallo. Dua kerajaan itu lazim disebut Kerajaan Makassar. Dari Makassar agama Islam disebarkan ke berbagai daerah, bahkan sampai ke Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Pertumbuhan Makassar makin cepat setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis (1511) dan Maluku dikuasai oleh Portugis dan Belanda. Pada pertengahan abad ke-17, Makassar atau Gowa berada pada puncak kejayaannya. Pelabuhan Kerajaan Gowa di Sombaopu merupakan sebuah pelabuhan transit yang penting bagi kapal-kapal yang berlayar ke atau dari Maluku. Antara Makassar dan Belanda sering terjadi konflik karena persaingan dagang. Keadaan semakin meruncing dan akhirnya pecah menjadi perang terbuka. Dalam peperangan tersebut Belanda sering mengalami kesulitan dalam menundukkan Makassar sehingga Belanda memperalat Aru Palaka (Raja Bone) untuk mengalahkan Makassar.
Isi Perjanjian Bongaya (1667):
- Sultan Hasanuddin harus memberikan kebebasan berdagang kepada VOC di Sulawesi Selatan.
- Dalam melaksanakan perdagangan VOC akan memegang hak monopoli.
- Daerah Kerajaan Bone yang dahulu direbut Sultan Hasanuddin diserahkan kembali dan Aru Palaka diangkat menjadi Raja Bone.
9. Kerajaan Ternate Tidore
Pada abad ke-13 di Maluku sudah berdiri kerajaan Ternate yang ibu kotanya terletak di Sampalu (Pulau Ternate). Menurut catatan orang Portugis, raja di Maluku yang mula-mula memeluk agama Islam adalah Raja Ternate, yaitu Gapi Baguna atau Sultan Marhum yang masuk Islam karena menerima pengaruh dakwah dari Datuk Maulana Husin. Penguasa Ternate yang menentang Portugis adalah Sultan Khairun yang memerintah pada tahun 1550 sampai 1570. Ia secara tegas menolak kehadiran para misionaris Portugis di Ternate. Di bawah pemerintahan Sultan Baabullah, Kerajaan Ternate mencapai masa kejayaannya. Kerajaan Ternate telah berhasil membangun armada laut yang cukup kuat sehingga mampu melindungi wilayahnya yang cukup luas tersebut.
Kerajaan Tidore terletak di sebalah selatan Ternate. Kerajaan tidore merupakan penghasil cengkih yang besar. Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1789 – 1805).
Peninggalan-peninggalan bercorak Islam dapat dilihat dari: penggunaan bahasa Arab, bangunan fisik (candi dan nisan pada makam), khasanah kesusastraan, karya seni kaligrafi, musik, dan tari. Hingga sekarang tradisi bernilai Islam tersebut masih dipraktikkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
Kehidupan Politik dan Sosial-Budaya Indonesia pada Masa Perkembangan Islam
1. Bidang Politik
Konsep dewa raja yang bercorak Hindu-Buddha (di mana raja dianggap sebagai titisan dewa) diganti dengan konsep khalifah. Sebutan “raja” diganti dengan “sultan”. Selain itu, saat meninggal sang sultan tidak di-dharma-kan di dalam candi, melainkan dimakamkan secara Islam.
2. Bidang Sosial-Budaya
Dalam bidang sosial-budaya, pengaruh Islam tampak dalam beberapa hal. Pertama, tidak dikenal lagi sistem kasta atau pelapisan sosial seperti yang berlaku dalam agama Hindu. Kedua, dari segi bahasa, banyak kosakata Arab yang dipakai dan/atau diserap ke dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Selain itu, juga terjadi modifikasi atas huruf-huruf Pallawa ke dalam bahasa Arab, yang kemudian dikenal sebagai huruf Jawi. Ketiga, pengaruh yang sangat nyata adalah dalam bidang pendidikan, terutama pesantren. Melalui pesantren, agama dan kebudayaan Islam dikembangkan dan beradaptasi dengan budaya lokal yang berkembang di sekitarnya. Keempat, dalam hal busana, ada jenis pakaian pakaian tertentu yang menunjukkan identitas Islam seperti sarung, baju koko, kopiah, dan jilbab.
3. Seni Bangunan
Bangunan makam, masjid, dan keraton menunjukkan adanya akulturasi dengan bangunan pada masa Hindu-Buddha, yaitu sebagai berikut.
- Atapnya atap tumpang atau bertingkat yang jumlahnya selalu ganjil.
- Posisi masjid agak tinggi dari permukaan tanah dan berundak.
- Ada serambi yang terdapat di depan atau samping masjid sebagai tempat mencuci kaki.
- Adanya pewestren, yaitu ruang khusus bagi perempuan yang terletak di sebelah kanan masjid untuk mengikuti salat berjamaah.
- Memiliki denah berbentuk bujur sangkar.
- Makam-makam kuno diletakkan di atas bukit.
- Bangunan keraton digunakan oleh keluarga sultan sebagai tempat tinggalnya, biasanya didirikan di dekat alun-alun ibu kota dan menghadap ke utara.
4. Seni Sastra
Dalam seni sastra, pengaruh Arab dan Persia sangat kuat, namun tetap disesuaikan dengan tradisi setempat. Pengaruh Arab biasanya berbentuk syair yang terdiri atas empat baris alam tiap baitnya. Sedangkan pengaruh Persia berbentuk hikayat, yaitu kisah perseorangan yang diangkat dari tokoh-tokoh terkenal yang hidup pada masa itu. Jenis sastra lainnya adalah babad, yakni suatukarya sastra yang hidup dalam masyarakat tradisional dan lingkungan kebudayaan Jawa. Ada juga suluk, yaitu kitab-kitab yang berisi ajaran tasawuf.
5. Seni Rupa
Para seniman pada masa itu adakalanya membuat ukiran binatang atau makhluk hidup lainnya yang bentuknya disamarkan, dengan sebuah teknik yang disebut stilisasi (deformasi). Teknik stilisasi digunakan karena ajaran Islam melarang melukis makhluk bernyawa.
6. Seni Kaligrafi
Seni kaligrafi adalah seni menulis indah yang memadukan seni lukis dan seni ukir, yang distilisasi dan menggunakan tulisan dalam bahasa Arab. Isi penulisan dalam kaligrafi umumnya bersumber dari ayat-ayat suci Al-Qur’an dan hadist. Kaligrafi juga berfungsi sebagai hiasan. Pada umumnya menampilkan pola daun, bunga, bukit karang, pemandangan, dan garis-garis geometris.
7. Seni Tari dan Musik
Pengaruh Islam tampak dalam tiga bentuk kesenian, yaitu Debus, tari Seudati, dan Zapin. Pada pertunjukan Debus diawali oleh nyanyian dan pembacaan ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur’an, serta salam (salawat) kepada Nabi Muhammad. Tari Seudati adalah nama tarian yang berasal dari Aceh. Seudati berasal dari kata Syahadat, yang artinya bersaksi/saksi/pengakuan terhadap tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Dalam tari Seudati, para penari menyanyikan lagu yang isinya salawat kepada Nabi Muhammad. Sementara Zapin merupakan khazanah tarian rumpun Melayu yang mendapat pengaruh Arab, Persia, dan India sejak abad ke-13. Tarian tradisional ini bersifat edukatif sekaligus menghibur, digunakan juga sebagai media dakwah Islam melalui syair lagu-lagu Zapin yang didendangkan.
8. Sistem Kalender
Pada masa Islam digunakan sistem kalender Hijriah. Kalender Hijriah diawali dengan bulan Muharram dan diakhiri bulan Zulhijah. Perhitungan satu tahun adalah dua belas kali siklus bulan.
Thanks for reading & sharing E-LEARNING
0 komentar:
Post a Comment