A. PEMBABAKAN ZAMAN
Pembabagan zaman dalam pembahasan kali ini dibedakan menjadi 2 yaitu pembabagan secara geologi dan arkeologis. Pembabagan berdasarkan geologinya dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Zaman Arkaekum
Zaman tertua ini diperkirakan berusia sekitar 2500 juta tahun. Pada zaman ini keadaan bumi belum stabil dan masih panas. Kulit bumi dalam proses pembentukan. Pada zaman ini belum ada tanda-tanda kehidupan.
2. Zaman Palezoikum
Zaman ini berusia sekitar 340 juta tahun. Keadaan bumi masih belum stabil dan masih berubah-ubah. Pada zaman ini sudah ada tanda-tanda kehidupan, seperti makhluk bersel satu atau mikroorganisme, binatang yang tidak bertulang punggung, beberapa jenis ikan, amfibi, dan reptile. Zaman ini disebut juga zaman primer atau zaman pertama
3. Zaman Mesozoikum
Zaman ini diperkirakan berusia 140 juta tahun. Pada zaman ini, kehidupan mengalami perkembangan yang pesat. Muncul binatang-binatang besar, seperti jenis-jenis binatang dinosaurus, atlantosaurus, serta jenis-jenis burung dalam bentuk yang sangat besar. Pada zaman ini berkembang berbagai jenis reptile. Zaman Mesozoikum ini disebut juga zaman sekunder atau zaman kedua.
4. Zaman Neozoikum
Zaman ini diperkirakan berusia sekitar 60 juta tahun. Keadaan bumi semakin membaik, perubahan cuaca tidak begitu besar dan kehidupan berkembang dengan pesat. Zaman ini dibedakan atas dua zaman yaitu:
a. Zaman Tertier.
Zaman ini ditandai berkurangnya jenis-jenis binatang besar dan telah hidup jenis-jenis binatang menyusui, yaitu kera dan monyet.
b. Zaman Quarter.
Zaman ini berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Zaman ini ditandai adanya tanda-tanda kehidupan manusia purba dan zaman ini terdiri atas dua bagian, yaitu kala pleistosen dan kala holosen.
• Kala Pleistosen atau Zaman Dilluvium.
Zaman ini berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalau. Zaman ini disebut juga disebut zaman es (zaman Glasial).
Pada zaman ini, es dari Kutub Utara mencair hingga menutupi sebagian Eropa Utara, Asia Utara, dan Amerika Utara. Naik turunnya temperatur bumi datang dan silih berganti dengan tiba-tiba. Jika temperatur turun, genangan es semakin luas dan air laut menjadi turun. Sebaliknya jika temperatur naik, es-es tersebut mencair dan membentuk lautan-lautan yang luas.
• Kala Holosen atau Zaman Alluvium.
Zaman ini berkembang sejak 20.000 tahun yang lalu. Pada zaman ini mulai hidup jenis homo sapiens, yaitu jenis manusia separti manusia zaman sekarang.
B. Manusia Purba di Indonesia
Fosil Penelitian manusia purba di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19. Tokoh penelitian manusia purba di Indonesia adalah Eugene Dubois. Keberhasilan penelitiannya yang telah menemukan fosil atap tengkorak di Trinil (tahun 1891) telah menjadi bagian penting dalam sejarah palaeoantropologi. Peristiwa itu sekaligus mengawali penelitian fosil manusia purba di Indonesia yang lainnya.
Jenis-jenis Manusia Purba:
1. Meganthropus paleojavanicus (Manusia raksasa dari jawa Purba)
Fosil manusia purba ini yaitu jenis fosil paling tua yang pernah ada di Indonesia. Penemunya yaitu Ralph von Koenzgswald pada Fosil yang telah ditemukan olehnya yaitu berupa rahang bawah dan atas gigi lepas. Dengan cara stratigrafi diketahui fosil tersebut berada pada lapisan Puçangan. Berdasarkan umur lapisan tanah tersebut, dapat diperkirakan bahwa fosil Megantropus Paleojavanicus sudah berumur 1-2 juta tahun.
Ciri-ciri Meganthropus Palaeojavanicus :
• Berbadan tegap dengan tonjolan tajam di belakang kepala.
• Bertulang pipi tebal, dengan tonjolan kening yang mencolok.
• Tidak berdagu.
• Otot kunyah, gigi, dan rahang besar dan kuat.
• Makanannya jenis tumbuh-tumbuhan.
2. Pithecanthropus (Manusia Kera)
Jenis Fosil manusia purba Pithecantropus ini ialah jenis manusia purba yang paling banyak ditemukan di wilayah Indonesia. Dengan cara stratigrafi, dan telah diketahui fosil tersebut berada di lapisan Pucangan dan Kabuh. Berdasarkan umur lapisan tanah tersebut, telah diperkirakan fosil Pithecanthropus sangat bervariasi pada umumya, antara 30.000-2 juta tahun.
Ciri-ciri Pithecantropus
• Tinggi tubuhnya kira-kira 165 – 180 cm.
• Badan tegap, namun tidak setegap Meganthropus.
• Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis
• Otot kunyah tidak sekuat Meganthropus.
• Hidung lebar dan tidak berdagu.
• Makanannya bervariasi tumbuhan dan daging hewan buruan.
a. Pithecanthropus mojokertensis
Tokoh Fosil manusia purba ini yaitu Von Koenigswald yang telah menemukan fosil ini di dekat Mojokerto , jawa timur, pada tahun 1936. Fosil ini berupa tengkorak. Fosil tersebut disebut dengan Pithecanthropus Robustua.
b. Pithecanthropus Erectus (manusia kera yang berjalan tegak)
Tokoh Fosil manusia purba jenis ini yaitu oleh Eugene Dubois yang telah menemukan fosil ini pada tahun 1890 di Trinil, Lembah Bengawan Solo. Wujud Fosil ini berupa tulang rahang, bagian atas tengkorak. geraham, dan tulang kaki.
c. Pithecanthropus soloensis (Manusia kera dari Solo)
Tokoh Fosil manusia purba jenis ini yaitu von Koenigswald dan Openorth di Ngandong dan Sangiran yang telah menemukan fosil ini di tepi Bengawan Solo, antara tahun 1931–1933. Wujud Fosil ini berupa tengkorak dan tulang kering.
3. Homo (Manusia)
Fosil manusia purba jenis homo ini adalah fosil penemuan paling muda dibandingkan dengan fosil manusia purba jenis lainnya. fosil ini juga sering disebut juga homo Erectus atau manusia berjalan tegak dan juga sering disebut dengan Homo Sapiens atau manusia cerdas /bijaksana. Dengan cara penelitian stratigrafi, dapat diketahui bahwa fosil ini berada pada lapisan Notopurpo. Berdasarkan umur lapisan tanah ini, telah diperkirakan fosil Homo amat bervariasi umurnya, antara 25.000-40.000 tahun.
Ciri-ciri Homo
• Tinggi tubuh 130–210 cm.
• Otak lebih berkembang daripada Meganthropus dan Pithecanthropus.
• Otot kunyah, gigi, dan rahang sudah menyusut.
• Tonjolan kening sudah berkurang dan sudah berdagu.
• Mempunyaj ciri-ciri ras Mongoloid dan Austramelanosoid
a. Homo Soloensis (Manusia Purba dari Solo)
Tokoh Fosil manusia purba jenis ini yaitu Von Koenigswald dan Weidenrich yang telah menemukan fosil ini pada tahun 193-1934 dilembah Bengawan Solo. Wujud Fosil yang ditemukan oleh mereka yaitu berupa tengkorak. Dilihat Dari Volume Otaknya, Fosil ini bukan lagi manusia kera (Pithecantropus)
b. Homo wajakensis (Manusia Purba dari Wajak)
Tokoh fosil manusia purba jenis ini yaitu Dubois yang telah menemukan fosil ini pada tahun 1889 di daerah Wajak dekat Tulungagung. Manusia jenis ini sudah mampu membuat alat-alat dan batu maupun tulang. Dan mereka juga telah mengenal cara memasak makanan.
C. Manusia Purba di Dunia
1. Ardipithecus Ramidus (Hidup sekitar 4.4 juta tahun yang lalu)
Fosil manusia purba ini ditemukan di Ethiopia, Afrika bagian timur, oleh Yohannes Haile Selassie di tahun 1994 dan sering dipanggil “Ardi”. Bagian tubuhnya yang tersisa berupa tengkorak, gigi, tulang panggul, tangan, dan kaki yang berjumlah 35 bagian.
Saat itu, fosil Ardi berada di sekitar fosil hewan yang mengindikasikan bahwa mereka hidup di hutan. Diketahui bahwa jenis manusia purba ini memiliki berat sekitar 50 kg, tinggi sekitar 120 cm, pemakan buah-buahan, daun, serta mamalia kecil. Otot kakinya besar dan volume otak sama dengan milik simpanse. Meski begitu, gigi seri dan taring Ardi lebih besar dari kera. Diduga, ia juga pandai memanjat pohon dan mampu berjalan tegak, lho, berbeda 'kan dengan kera yang jalannya bungkuk?
2. Australopithecus Africanus (Hidup sekitar 3.3-2.1 juta tahun yang lalu)
Fosil mereka ditemukan pada tahun 1924 oleh anak-anak di daerah Taung, dekat Vryburg, Afrika Selatan. Lalu kemudian diteliti oleh Prof. Raymond Dart dan diberi nama Australopithecus Africanus, yang berarti “kera dari selatan Afrika”.
Butuh 20 tahun bagi para peneliti untuk meyakinkan diri bahwa Australopithecus Africanus ini masuk dalam kategori manusia. Hmm, kira-kira kenapa butuh waktu lama, ya? Ternyata secara anatomi, mereka memiliki kombinasi fisik manusia dan fisik kera. Lengannya panjang dan lekukan wajahnya kuat. Selain itu, bagian tulang panggul, tulang paha, bahu, tangan, dan tulang kakinya mengindikasikan sering digunakan untuk berjalan.
3. Sinanthropus Pekinensis (Hidup sekitar 780.000-230.000 tahun yang lalu)
Pertama kali diperoleh di Zhoukoudian (Zhou Kou Tien), dekat Beijing, Tiongkok. Daerah tersebut yang sering disebut dengan Peking membuat fosil Sinanthropus Pekinensis dinamai sebagai manusia Peking Man. Mereka dikelompokkan sebagai manusia purba berdasarkan giginya yang ditemui oleh arkeolog, Davidson Black tahun 1927. Walaupun manusia purba, volume otaknya diperkirakan sekitar 1.000 cm3-1.300 cm3, sama seperti volume otak manusia saat ini.
Ciri-ciri ini membuat mereka mirip dengan Pithecanthropus Erectus yang ditemukan di Indonesia. Hal yang membedakan adalah kapasitas tengkorak Sinanthropus Pekinensis lebih besar dengan gigi taring yang tidak tumpang tindih. Ciri-ciri lainnya adalah dahi kecil, tulang tengkorak tebal, bagian alis mata besar, dan rahang besar tanpa dagu.
4. Homo Rhodesiensis (Hidup sekitar 400.000-125.000 tahun yang lalu)
Penambang bernama Tom Zwiglaar di tahun 1921 tidak sengaja menemuka fosil Homo Rhodesiensis saat sedang mencari bijih besi di gua-gua di Rhodesia Utara (sekarang Zambia), Afrika Timur.
Ciri fisiknya antara lain memiliki bagian punggung alis yang besar dan lebar, hidung besar, kening menonjol, dan tonjolan di bagian belakang tengkorak. Selain itu, mereka juga sudah berjalan tegak, sehingga disebut sebagai African Neanderthal.
5. Homo Cro-Magnon (hidup sekitar 40.000-10.000 tahun yang lalu)
Cro-Magnon diperkirakan sebagai manusia modern (Homo Sapiens) tertua dari Eropa. Fosilnya telah ditemukan di tahun 1868. Para arkeolog memperkirakan mereka sebagai nenek moyang ras Kaukasoid di Eropa. Homo Cro-magnon kemungkinan memasuki Eropa dari Timur Tengah dan akhirnya menggantikan Homo Neanderthal. Homo Cro-magnon hidup dengan berburu dan meramu makanan, mengumpulkan buah-buahan dan akar-akaran, serta berburu hewan liar. Mereka tinggal di dalam gua dan kemah sederhana.
Homo Cro-magnon diperkirakan telah mampu berkomunikasi dan memiliki lebih banyak kosakata dibanding Homo Neanderthal. Mereka juga mulai menciptakan karya seni, seperti lukisan yang ditemukan di dinding gua-gua Perancis, Spanyol, dan Gurun Sahara. Selain itu, mereka juga sudah membuat perhiasan, mainan, pakaian, tempat tinggal, perkakas, dan senjata untuk berburu.
D. Teori Evolusi Darwin dan Asal Usul Manusia Modern
1. Teori Evolusi Darwin
Ahli zoologi yang bernama lengkap Charles Robert Darwin (1809-1882) dalam bukunya yang berjudul “The Origin of Species” mengatakan : "Suatu benda (bahan) mengalami perubahan dari yang tidak sempurna menuju kepada kesempurnaan".
Kemudian ia memperluas teorinya ini hingga sampai kepada asal-usul manusia. Menurutnya manusia sekarang ini adalah hasil yang paling sempurna dari perkembangan tersebut secara teratur oleh hukum-hukum mekanik seperti halnya tumbuhan dan hewan. Kemudian lahirlah suatu ajaran (pengertian) bahwa manusia berasal dari perkembangan makhluk sejenis kera yang sederhana kemudian berkembang menjadi hewan kera tingkat tinggi sampai akhirnya menjadi manusia.
Makhluk tertua yang ditemukan dengan bentuk mirip manusia adalah Australopithecus yang diperkirakan umurnya antara 350.000-1.000.000 tahun dengan ukuran otak sekitar 450-1450 cm3. Perkembangan dengan perubahan volume otak ini besar pengaruhnya bagi kecerdasan otak manusia. Australopithecus yang mempunyai volume otak rata-rata 450 cm3 berevolusi menjadi manusia kera (Neandertal) yang mempunyai volume otak 1450 cm3. Dari penelitian ini diperkirakan dalam waktu antara 400.000-500.000 tahun volume otak itu bertambah 1000 cm3. Tetapi anehnya perkembangan dari Neandertal ke manusia modern sekarang ini selama ± 100.000 tahun volume otaknya tidak berkembang. Teori ini tidak mengemukakan alasannya. Hal ini diantaranya merupakan kelemahan teori yang dikemukakan oleh Darwin. Tidak ada titik temu antara teori yang ada dengan kenyataan.
2. Teori Asal Usul Manusia Modern
Teori perkembangan manusia terdiri dari 2 teori yang saling bertentangan satu sama lain. berikut teori yang muncul :
a) Teori Out of Africa
Teori Out of Africa yang ditemukan oleh James Watson beserta rekan menyatakan bahwa makhluk yang disebut sebagai manusia, muncul dan hidup pada satu kawasan saja, yaitu di Afrika, kurang lebih dimulai pada tahun 200.000 S.M. Manusia pertama ini kemudian berkembang dan bertambah banyak. Manusia ini memiliki gaya hidup nomaden, sehingga terus berpindah untuk mendapatkan makanan. Gaya hidup dan populasi yang semakin banyak mengakibatkan manusia ini berpindah ke tempat-tempat lainnya di muka bumi.
Sejak tahun 200.000 S.M. hingga 60.000 S.M., manusia menyebar ke seluruh wilayah di Afrika. Tahun 60.000 S.M., manusia mulai menyebar ke Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Tenggara, hingga Australia. Pada saat itu suhu bumi menurun hingga menyebabkan terbentuknya es di bagian utara bumi, yaitu Eropa Utara dan Amerika Utara, dan menurunkan ketinggian permukaan air. Hal ini menyebabkan munculnya lebih banyak daratan dan memudahkan manusia untuk berpindah. Tahun 55.000 S.M., manusia mulai bergerak ke arah Asia Tengah. Tahun 50.000 S.M., es mulai mencair sehingga ketinggian permukaan air mulai naik kembali. Pada saat itu manusia sudah memenuhi Asia Tengah dan memasuki Asia Timur. Tahun 45.000 S.M., manusia menyebar hingga ke wilayah Rusia dan memasuki wilayah Eropa. Tahun 40.000 S.M., manusia telah tersebar luas di Afrika, Eropa, Asia Tengah, Asia Tenggara, dan Australia. Tahun 30.000 S.M., suhu bumi kembali turun melebihi jaman es sebelumnya. Hal ini menyebabkan munculnya daratan luas yang menghubungkan Asia dan Amerika di wilayah utara. Inilah yang menyebabkan penyebaran manusia memasuki wilayah Amerika Utara. Tahun 20.000 S.M., manusia telah tersebar hingga Amerika Selatan. Tahun 15.000 S.M., suhu bumi kembali naik dan es mulai mencair. Pada tahun 10.000 S.M., peta darat dan laut bumi sudah mirip seperti yang kita ketahui pada saat ini.
Teori ini juga cukup diperkuat dengan adanya “pabrik cat” yang berumur 100.000 tahun. Pabrik cat ini ditemukan di Gua Blombos dekat Cape Town, Afrika Selatan. Penemuan mengenai cat ini memunculkan dugaan bahwa manusia pada saat itu telah mengenal bahasa untuk berkomunikasi.
Pada tahun 1994, penelusur gua menemukan tulang belulang dalam rangkaian gua di utara Spanyol. Tulang belulang yang ditemukan kemudian diperiksa oleh para ahli arkeologi. Tulang belulang milik neandertal yang mungkin meninggal secara tragis sekitar 43.000 tahun ini mengungkapkan beberapa kenyataan mengenai hubungan neandertal dan manusia modern yang melakukan nomaden dari Afrika. Neandertal telah menguasai Eurasia kurang lebih selama 200.000 tahun. Fosil neandertal yang ditemukan ini mengalami iklim yang sangat ekstrem dan tertekan oleh kedatangan manusia modern dari Afrika. Tetapi, 15.000 tahun kemudian, neandertal lenyap selamanya. Iklim yang ekstrem mengakibatkan neandertal kekurangan gizi, dilihat dari struktur giginya. Namun, penelitian selanjutnya mengatakan bahwa tulang belulang tersebut memiliki tepi bergerigi. Hal ini diakibatkan oleh pukulan keras dari manusia modern yang mengincar otak dan sumsum, dengan kata lain kanibal.
Penelitian ini menunjukkan bahwa garis keturunan antara manusia modern yang datang dari Afrika dan Neandertal terpisah sejak 700.000 tahun yang lalu. Neandertal sendiri lebih dekat kepada manusia, dibandingkan dengan simpanse yang merupakan 98,7% sama dengan manusia modern. Neandertal memiliki struktur dan komposisi pembangun tubuh yang sangat mirip dengan manusia modern yang berasal dari Afrika. Oleh karena itu, pembaruan terhadap Out of Africa Theory mengatakan bahwa manusia modern dari Afrika dan neandertal memiliki nenek moyang yang sama. Lenyapnya neandertal dalam rantai perkembangan manusia diduga tidak seperti yang terdapat dalam Out of Africa Theory sebelumnya. Neandertal diduga lenyap karena kebiasaan makan daging dan berburu. Puncak jaman es yang terjadi pada tahun 30.000-23.000 S.M. benar-benar sangat kejam karena fluktuasinya yang singkat. Hal ini menekan populasi neandertal hingga kepada titik punah.
Teori Out of Africa dipatahkan juga oleh adanya manusia purba yang diberi sebutan Meganthropus Palaeojavanicus, atau manusia raksasa dari Jawa kuno. Fosil manusia purba ini ditemukan pada tahun 1941 oleh G.H.R. Von Koenigswald di Desa Sangiran, dekat Surakarta, Jawa Tengah. Umur Meganthropus Palaeojavanicus yang ditemukan ini kira-kira berusia lebih dari 2.000.000 tahun, karena itu usianya lebih tua daripada manusia dari Afrika.
b) Teori Evolusi Multiregional
Teori ini memandang asal-usul manusia modern sebagai suatu fenomena yang mencakup seluruh dunia. Pada prinsipnya, manusia modern berasal dari kerabat yang sama, yaitu dari jenis “the java man” (Homo erectus). Mereka menyebar secara bersamaan ke seluruh dunia dan baru kemudian di tempatnya yang baru mereka melakukan proses evolusi sehingga mencapai manusia modern.
Menurut hipotesis di atas, jenis manusia Neanderthal merupakan sebagian hasil evolusi di tiga benua. Dari segi anatomi, jenis manusia Neanderthal merupakan peralihan antara Homo Erectus dan Homo Sapiens modern di Eropa, Timur Tengah dan Asia sebelah barat. Tren evolusi menuju status biologis Homo Sapiens yang terjadi di seluruh dunia tersebut didorong oleh lingkungan kebudayaan baru di tempat yang baru. Dengan berkembangnya kebudayaan ke arah yang lebih kompleksitas, mendorong kemampuan otak untuk semakin berkembang. Otak yang besar dan cerdas membawa kebudayaan yang lebih kompleks, yang pada gilirannya menjadikan otak yang lebih besar dan lebih cerdas lagi. Hal tersebut pada akhirnya mempengaruhi penyebarluasan perubahan genetis dengan cepat pada setiap populasi diseluruh dunia.
E. Kaitan Manusia Purba dengan Manusia Modern
1. Keterkaitan fisik
a. Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan Primat
Pada tahun 1871, Charles Darwin menerbitkan bukunya yang berjudulThe Descent Of Man yang berisi tentang asal usul manusia. Pendapat Darwin tersebut didasarkan atas adanya hubungan kekerabatan antara manusia dengan primata. Hubungan kekerabatan tersebut juga dapat dilihat antara manusia (Hominidae) dan orang utan (Pongidae). Di antara bentuk persamaan tersebut dapat Anda lihat struktur tubuhnya, antara lain:
1. Mata menghadap ke depan;
2. Memilki kelenjar susu yang terletak di dada;
3. Memiliki struktur, jumlah, dan macam kerangka yang sama;
4. Organ darah mempunyai susunan kimia yang sama;
5. Bentuk rahim dengan tipe simpleks.
Selain persamaan di atas, juga terdapat perbedaan antara keduanya. Perbedaan tersebut dapat Anda lihat pada Tabel di bawah ini :
Perbedaan Antara Manusia (Hominidae) dan Orang Utan (Pongidae)
Struktur Tubuh
|
Manusia (Hominidae)
|
Orang Utan (Pongidae)
|
Kedudukan tengkorak
|
Tepat di ujung tulang
belakang
|
Sebelah depan ujung
tulang belakang
|
Rahang
|
Berbentuk seperti
huruf V
|
Berbentuk seperti
huruf U
|
Gigi
|
Ukuran dan tinggi sama
|
Ukuran
dan tinggi tidak sama
|
Tulang belakang
|
Tegak dan kuat
|
Bengkok
|
Tangan
|
Lebih pendek dari kaki
|
Lebih panjang dari
kaki
|
Kaki
|
Untuk berjalan
|
Untuk berjalan dan
memegang
|
Ibu jari kaki
|
Tidak dapat bergerak
bebas
|
Dapat bergerak bebas
|
Pelvis
|
Lebar dan kuat
|
Sempit dan memanjang
|
b. Ciri-ciri manusia Modern
Manusia modern memiliki ciri-ciri antara lain:
1. Memiliki volume otak ± 1400–1500 cm3;
2. Memiliki tinggi badan ± 1,6 m;
3. Memiliki peradaban yang maju;
4. Mempunyai peralatan yang lebih baik;
5. Suka berburu;
6. Sudah terdapat hubungan sosial dan upacara ritual;
7. Diperkirakan hidup sekitar 100.000–40.000 tahun yang lalu.
2. Keterkaitan Budaya
Manusia purba yang ditemukan di Indonesia dengan julukan sebagai manusia modern Dalam mengetahui corak kehidupan masyarakat Praaksara terlebih dahulu kita pasti mengenal yang dimaksud manusia praaksara, yang kemudian berkelompok menjadi masyarakt praaksara. Berawal dari muculnya atau adanya masyarakat praaksara tidak lepas dari sumber makanan dan kebudayaan yang ada pada masa praaksara. Bisa dibayagkan kehidupan masyarakat praaksara bermula dari mencari makan, tinggal dan menetap. Sehingga penggolongan kehidupan masyarakat praaksara sebagai berikut.
a) Pola Tempat Tinggal
Manusia prakasara merupakan manusia paling primitif dalam masa modern sekarang ini. Namun dari masa praaksara kita dapat beradaptasi dan berkembang dalam berbagai hal, khususnya tempat tinggal, atau rumah. Dalam masa praaksara tidak dapat disamakan dengan masa sekarang, pada masa lampau manusia hidup berpindah-pindah mengikuti sumber makanan dan kemudian berkembang menjadi menetap dan menanam makanan yang dibutuhkan untuk hidup atau lebih dikenal dengan sistem cocok tanam.
Dalam buku Indonesia Dalam Arus Sejarah, jilid I meneragkan bahwa pola hunian manusia purba pada masa itu memperhitugkan tempat yangstrategis dengan melihat bahwa huniannya yang berupa gua (cave) dekat dengan sumber mata air (sungai, bahkan sumber mata air) dan bahan makanan. Prinsip hidup manusia purba pada awalnya adalah nomaden,berpindah-pindah mencari sumber makanan. Sehingga dimana ada sumber makanan dan tempat untuk tinggal maka ditempat itulah manusia purba hidup. Sehingga dapat diketahui bahwa mobilisasi manusia purba dalam kelompok kecil pada masa itu sangatlah tinggi menjelajah dari tempat atau sumber makanan satu ke tempat lainya yang tidak tentu berpa jauh tempat tujuannya.
Namun dalam perembangannya manusia purba tiggal disuatu tempat dan mulai mengenal sistem bercocok tanam, sehingga beralih pola kehidupan yang pada awalnya nomaden yang kemudian berubah menjadi menetap. Pola menetap ini tepat dan tidaknya dalam memegang prinsip untuk menetap pada sumber kehidupan atau dekat dengan sumber air. Namun jika dilihat dan dipahami jika ingin menanam tanaman maka membutuhkan air dan tempat yang subur, sehingga bisa dipastikan tempat tinggal masih dekat dengan sumber air. Pola menetap ini menjadi perubahan besar yaitu terciptanya temuan alat baru yang memudahkan kehidupan manusia purba dan hal lainnya. Sehingga gua sebagai tempat tinggal dan sumber air sebagai sumber kehidupan.
b) Penemuan Alat Bantu
Dalam kehidupan manusia purba membutuhkan alat atau lebih tepatnya pada awalnya ditemukannya alat bantu karena unsur ketidak segajaan di dalam aktifitas mereka. Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia I, menjelaskan bahwa alat-alat keperluan hidup dibuat dari kayu, batu dan tulang dengan pembuatan yang sederhana, sekedar memenuhi tujuan penggunaannya. Seperti batu yang digunakan untuk berburu, dimulai dari kapak perimbas alat serpih, alat tulang. Berikut ini perkembangan alat-alat yang dibuat oleh manusia purba.
1. Kapak Perimbas dan Alat Serpih
Kapak perimbas merupakan alat pertama yang dibuat oleh manusia purba, dalam Sejarah Nasional Indonesia I, bahwa manusia jenis Pithecanthropus yang diduga pencipta kapak perimbas ini, dengan bukti ditemukannya kapak perimbas bersama fosil-fosil Pithecanthropus. Alat batu tersebut dibuat pada masa paleolitik sebagai alat tingkat awal budaya batu di Asia Timur. Kapak perimbas dibagi dalam beberapa jenis menurut ciri-cirinya
a) Kapak Perimbas
b) Kapak Penetak
c) Pahat Genggam
d) Kapak Genggam Awal
Namun dalam penggolongan ciri-ciri pokok yang sudah ditentukan berdasarkan landasan penggolongan Movius jenis kapak perimbas dapat digolongkan lagi dalam buku Sejarah Nasional Indonesia I:
a) Tipe strika (iron-heater chopper) bercirikan: bentuk panjang menyerupai setrika, berpenampang lintang plano-konveks, dan memperlihatkan penyerpihan yang memanjang dan tegas.
b) Tipe kura-kura (tortoise chopper) bercirikan: beralas membulat dengan permukaan atas yang cembung dan meninggi.
c) Tipe serut samping (side scraper) bercirikan: berbentuk tidak teratur dan tampak tegap, tajamnya dibuat pada sebelah sisi.
Untuk alat serpih terbuat dari pecahan-pecahan kecil dari pembuatan alat kapak perimbas yang berupa serpihan-serpihan kecil. Alat serpih ini berfungsi sebagi menguliti hewan buruan yang didapatkan oleh manusia purba. Bentuk dari alat serpih masih kasar dengan terbuat dari batuna krakal yang besar. Alat ini berkembang pada masa Plestosen Tengah yang menjadi perkakas dalam kahidupan sehari-hari manusia purba.
Kapak perimbas dan alat serpih banyak ditemukan di Indonesia diberbagai wilayah indonesia dari daerah Indonesia seperti Timor, Flores, Sumbawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Sumatra sampai Jawa. Kenapa manusia purba juga ditemukan di Indonesia karena pada masa hidupnya manusia purba daratan Indonesia masih bersatu dengan daratan Gomal sehingga mobilitasi dilakukan sampai ke daerah selatan yaitu Indonesia.
2. Alat Tulang
Untuk alat tulang ditemukan di daerah Ngandong dengan temuan berupa alat-alat tulang yang berukuran sedang dan kecil. ditemukan bersamaan dengan Pithecanthropus soloensis yang dibuat dari tanduk hewan buruan. Tidak banyak sumber atau temuan khususnya untuk alat tulang ini hanya ditemukan di solo dan daerah ngandong di dalam gua.
Dari alat yang disebutkan diatas mengalami perkambangan yang labih baik dari pada pembuatan awal alat tersebut. Dimana telah terjadi proses penghalusan setelahnya yang lebih tepatnya pada masa pasca plestosen. Serta dibuatnya alat-alat lainnya yaitu beliung persegi, kapak lonjong, alat-alat obsididian, mata panah, dan alat pemukul kayu pada masa mesolitikum atau masa bertani. Alat nekara perunggu, kapak perunggu, bejana perunggu, patung perungu, perhiasan perunggu dibuat pada masa perundagian.
c) Seni
Seni Lukis merupakan sebuah asil cipta yang ada pada zaman Mesolitikum atau Zaman Batu Tengah oleh bangsa Papua-Melanosoid. Tujuan dalam pembuatan lukisan tidak bias dijelaskan dengan tepat karena tidak ada sumber tertulis yang bias digunakan untuk menjelaskan tetang hal tersebut (Sumarto, dkk. 2009: 13). Namun melukis yang dilakukan manusia pada masa pra sejarah merupakan bentuk dari sebuah ekspresi dengan penuh akan makna yang tersirat didalam bentuk lukisan tersebut. Ditemukan lukisan telapak tangan, bentuk manusia berburu, hewan darat dan laut, dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa manusia pada saat itu berfikir bahwa mereka melukis dengan maksud dibalik lukisan tersebut, baik religi maupun murni seni gambar atau lukisan tersebut ditemukan di dinding gua di daerah Kaliantan Timur, Sulawesi Selatan, dan lain-lain, serta selain itu ada seni patung, kriya dan tato.
d) Kepercayaan
Kepercayaan manusia purba masih berlandaskan pada apa yang dianggap sebagi hal yang sangat penting dan tidak masuk akal. Pada mulanya tanah di percayaai sebagai unsur penting dalam kehidupan manusia purba. Bekembang setelahnya yaitu upacara kematian yang pada mulanya proses kematian dari seseorang dari kelompoknya dianggap sebagai hal yang basa, namun dalam masa pra plestosen muncul kepercayaan bahwa setelah kematian ada alam sebagai tempat tinggal roh. Setelah orang meninggal dilakukan upaca penguburan yang dalam meninggalnya orang tesebut dibekali dengan bekal kubur seperti alat-alat yang milik orang yang meninggal tersebut.
Terus berkembang menjadi kepercayaan yang semula animisme yang menganggap roh nenek moyang orang yang telah meninggal keudian berubah menjadi kepercayaan Dinamisme yaitu menmpercayai tempat-tempat dan benda-benda mempunyai kekuatan magis. Sistem kepercayaan ini berkembang pada masa mesolitik dan megalitik.
Dari budaya yang dihasilkan di atas tidak berbeda jauh dengan kebudayaan manusia purba yang di luar wilayah Indonesia pada saat itu. Karena corak kehidupan dan budayanya hampir sama dengan batas wilayah dan persebaran manusia purba melalui daratan.
Thanks for reading & sharing E-LEARNING
0 komentar:
Post a Comment