A. Ketimpangan Global
Menurut Beck, globalisasi sektor produksi dan konsumsi secara konkret telah membawa keadaan baru, yaitu polarisasi dan stratifikasi penduduk dunia dalam globalisasi kaum kaya dan lokalitas kaum miskin. Dengan kata lain, akses global hanya tersentuh oleh kaum kaya, sedangkan kaum miskin tidak memiliki kemampuan dan kekuasaan untuk terlibat dalam kemajuan dunia global (Tumanggor, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa globalisasi dianggap sebagian pihak mengantar masyarakat di dunia menuju ketimpangan global.
Teori Ketimpangan Global
1. Teori Kolonialisme
Maksud kolonialisme di sini adalah untuk mengeksploitasi rakyat dan sumber daya suatu bangsa demi keuntungan negara kapitalis (induk).
2. Teori Sistem Dunia
Dikemukakan oleh Immanuel Wallerstein yang menganalisis bagaimana industrialisasi menghasilkan tiga kelompok bangsa, yaitu (1) negara inti (negara yang lebih dulu melakukan industrialisasi dan mendominasi negara lemah), (2) negara semiperiferi (negara yang bergantung pada perdagangan negara inti), dan (3) negara periferi (negara pinggiran).
3. Teori Ketergantungan (Dependensi)
Teori ini menganggap bahwa keterbelakangan sebagai akibat suatu sistem kapitalis internasional yang dominan (yang berbentuk perusahaan-perusahaan multinasional) dan bersekutu dengan elite lokal di Dunia Ketiga yang menggunakan kelebihan mereka yang istimewa untuk mempertahankan kedudukan mereka.
4. Pendekatan Struktural
Pendekatan ini memandang bahwa kemiskinan dan kebergantungan Dunia Ketiga tidak disebabkan oleh keputusan kebijakan yang sengaja dibuat di Amerika, Inggris, dan Moskow. Namun, sebaliknya, kebergantungan ini berasal dari struktur sistem internasional yang konstruksinya dibuat sedemikian rupa sehingga bangsa-bangsa pengekspor bahan mentah terpaksa kehilangan bagiannya dari keuntunganp produksi (Clark, 1989). Tokoh teori ini adalah Raul Prebisch yang merupakan ekonom Argentina.
5. Teori Fungsionalis
Teori ini percaya bahwa ketidaksetaraan tidak bisa dihindari dan memainkan fungsi penting dalam masyarakat. Menurut Kingsley Davis dan Wilbert Moore (Henslin, 2007), penyebab ketidaksetaraan dan stratifikasi masyarakat adalah sebagai berikut.
- Masyarakat harus memastikan bahwa posisi-posisinya terisi
- Beberapa posisi lebih penting daripada yang lain
- Posisi-posisi yang lebih penting harus diisi oleh orang yang lebih berkualifikasi
- Untuk memotivasi orang yang lebih berkualifikasi agar mengisi posisi-posisi ini, masyarakat harus menawarkan imbalan lebih besar
6. Teori Konflik
Melihat ketimpangan sebagai akibat dari kelompok dengan kekuatan (power) mendominasi kelompok yang kurang kuat. Mereka percaya bahwa kesenjangan sosial mencegah dan menghambat kemajuan masyarakat karena mereka yang berkuasa akan menindas orang-orang tak berdaya untuk mempertahankan status quo. Perspektif ini melihat masyarakat sebagai suatu komunitas yang memiliki ciri khas atas adanya ketidaksamaan. Dalam hal ini, masyarakat akan selalu mengalami konflik secara terus-menerus, baik di dalam kelompok maupun kelas sosial.
7. Teori Pertumbuhan Neoklasik
Pertama kali dimunculkan oleh Douglas C. North. Menurut Hipotesis Neoklasik, ketimpangan pembangunan pada awal proses meningkat. Setelah berangsur-angsur, ketimpangan pembangunan antarwilayah tersebut semakin menurun.
Klasifikasi Ekonomi Bank Dunia
Salah satu cara untuk melihat ketimpangan antarnegara, adalah melalui perekonomian negara tersebut. Bank Dunia menggunakan data dari pendapatan kotor sebuah negara atau gross national income (GNI).
1. Negara dengan pendapatan tinggi (High Income Nations)
Bank Dunia mendefinisikan negara dengan pendapatan tinggi adalah negara-negara yang memiliki GNI paling tidak $ 12.276 per kapita.
2. Negara dengan pendapatan rendah (Middle Income Nations)
Bank Dunia mendefinisikan negara dengan pendapatan menengah bawah adalah negara-negara yang memiliki GNI antara $ 1.006-$ 3.975 per kapita dan pendapatan menengah atas memiliki GNI antara $ 3.976-$12.275.
3. Negara dengan pendapatan rendah (Low Income Nations)
Bank Dunia mendefinisikan negara dengan pendapatan menengah bawah memiliki GNI $ 1.006 per kapita atau kurang.
Koefisien Gini
Koefisien Gini atau Rasio Gini (Gini Rasio) digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan distribusi pendapatan suatu negara atau antarnegara. Namanya berasal dari nama ekonom Italia yang menemukannya, Corrado Gini. Koefisien Gini menghitung ketimpangan pemasukan dengan jarak 0-1. Suatu distribusi pendapatan dikatakan merata jika Koefisien Gini mendekati 0 (nol) dan sebaliknya suatu distribusi pendapatan dikatakan makin tidak merata jika nilai Koefisien Gininya mendekati 1 (satu).
Pengaruh Ketimpangan Global
a. Ketimpangan Global dalam Sejarah
Berikut hasil penelitian Branko Milanovic (2009) memperlihatkan perkembangan ketimpangan global dalam sejarah Perkiraan Rasio Gini, 1820-2002 sebagai berikut:
Tahun
|
Rasio Gini
|
1820
|
0.43
|
1850
|
0.53
|
1870
|
0.56
|
1913
|
0.61
|
1929
|
0.62
|
1950
|
0.64
|
1960
|
0.64
|
1980
|
0.66
|
2002
|
0.71
|
b. Pengaruh Ketimpangan Global pada Rakyat Miskin
Berdasarkan data UNDP (1992 dan 2005), Ortiz dan Cummins (2011) membuat ilustrasi bagaimana distribusi pendapatan secara global memperlihatkan pemusatan pendapatan terdapat pada bagian atas dan menetes ke bagian bawah.
c. Pengaruh Ketimpangan Global pada Kelas Menengah
Ortiz dan Cummins (2011) dengan mengambil data dari UNDP, Bank Dunia dan Eurostat menyatakan bahwa pada negara-negara dengan pendapatan rendah dan tinggi, rakyat miskin dan kelompok menengah (middle class) mengalami kemunduran pendapatan.
B. Hakikat, Bentuk, dan Faktor Penyebab Ketimpangan Sosial
Hakikat Ketimpangan Sosial
Naidoo dan Wills dalam Warwick-Booth (2013), ketimpangan sosial merupakan perbedaan-perbedaan dalam pemasukan (income), sumber daya (resources), kekuasaan (power) dan status di dalam dan antara masyarakat. Ketimpangan ini dipertahankan oleh orang-orang yang berkuasa melalui institusi dan proses-proses sosial. Pengertian ketimpangan sosial menurut ahli:
- Menurut Andrinof A. Chaniago, Ketimpangan adalah buah dari pembangunan yang hanya berfokus pada aspek ekonomi dan melupakan aspek sosial.
- Menurut Budi Winarno, Ketimpangan merupakan akibat dari kegagalan pembangunan di era globalisasi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikis warga masyarakat.
- Menurut Jonathan Haughton & Shahidur R. Khandker, Ketimpangan sosial adalah bentuk-bentuk ketidak-adilan yang terjadi dalam proses pembangunan.
- Roichatul Aswidah, Ketimpangan sosial sering dipandang sebagai dampak residual dari proses pertumbuhan ekonomi.
Kesimpulan: Ketimpangan sosial diartikan sebagai suatu ketidakadilan yang dirasakan oleh masyarakat dalam status dan kedudukan.
Bentuk-Bentuk Ketimpangan Sosial
Menurut Andrinof Chaniago, paling tidak terdapat enam ketimpangan yang terjadi yaitu sebagai berikut (Syamsul Hadi, dkk, 2004)
- Ketimpangan desa dan kota
- Kesenjangan pembangunan diri manusia Indonesia
- Ketimpangan antargolongan sosial ekonomi yang diperlihatkan dengan semakin meningkatnya kesenjangan ekonomi antara golongan-golongan dalam masyarakat
- Ketimpangan penyebaran aset di kalangan swasta dengan ciri sebagian besar kepemilikan aset di Indonesia terkonsentrasi pada skala besar
- Ketimpangan antarsektor ekonomi dengan ciri sebagian sektor, misalnya properti, mendapat tempat yang istimewa
- Ketimpangan antarwilayah dan subwilayah dengan konsentrasi ekonomi terpusat pada wilayah perkotaan, terutama ibu kota, sehingga daerah hanya mendapatkan konsentrasi ekonomi yang sangat kecil.
Faktor Penyebab Ketimpangan Sosial
1. Faktor Struktural
Faktor struktural berkaitan erat dengan tata kelola yang merupakan kebijakan pemerintah dalam menangani masyarakat, baik yang bersifat legal formal maupun kebijakan-kebijakan dalam pelaksanaannya. Faktor struktural dapat kita ibaratkan sebagai “jaringan listrik” yang berfungsi sebagai penyalur energi yang memberi aset ke masyarakat agar dapat dioptimalkan energinya untuk pembangunan diri dan bangsa.
2. Faktor Kultural
Faktor kultural atau budaya masyarakat dapat diibaratkan sebagai tenaga listrik atau energi penggerak kehidupan masyarakat. Hal ini berkaitan dengan sifat atau karakter masyarakat dalam melaksanakan kehidupannya, apakah ia malas atau rajin, ulet atau mudah menyerah, jujur atau menghalalkan berbagai cara, suka berkompetisi atau menerima apa adanya, dan seterusnya. Kultur dalam hal ini berkaitan dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh suatu masyarakat.
C. Akibat Ketimpangan Sosial
Ketimpangan sosial menimbulkan sejumlah akibat di antaranya,
1. Kriminalitas
Secara sosiologis, kriminalitas atau kejahatan adalah suatu bentuk perbuatan atau tingkah laku yang merugikan korban juga sangat merugikan masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, tindakan kriminal disebabkan oleh kondisi-kondisi dan proses-proses sosial yang menghasilkan perilaku-perilaku lainnya, seperti proses imitasi, persaingan, dan pertentangan kebudayaan.
Penyebab munculnya tindakan kriminal juga dapat dijelaskan melalui dua teori, yaitu teori asosiasi diferensial dan teori ketegangan. Dalam teori asosiasi diferensial, Suterland menggambarkan kegiatan kriminal sebagai hasil sosialisasi nilai-nilai dari satu kelompok yang berbenturan dengan nilai-nilai kelompok yang lebih kuat. Adapun teori ketegangan menurut Merton adalah penyimpangan yang paling mungkin terjadi ketika ada ketidaksesuaian antara tujuan yang dianggap baik oleh masyarakat dan cara untuk memperolehnya.
2. Melemahnya Jiwa Wirausaha (Entrepreneurship)
Menurut Peggy A. Lambing dan Charles R. Kuehl, entrepreneurship adalah tindakan kreatif yang membangun suatu value dari suatu yang tidak ada dan merupakan proses untuk menangkap dan mewujudkan peluang terlepas dari sumber daya yang ada, serta membutuhkan keberanian untuk mengambil risiko yang telah diperhitungkan.
3. Monopoli
Monopoli berasal dari bahasa Latin, yaitu monos dan polein. Monos artinya ‘sendiri’, sedangkan polein berarti ‘menjual’. Jadi, secara bahasa, monopoli artinya ‘menjual sendiri’. Secara istilah monopoli adalah suatu penguasaan pasar yang dilakukan oleh seseorang atau perusahaan atau badan untuk menguasai penawaran pasar (penjualan produk barang dan jasa di pasar) yang ditujukan kepada para pelanggannya.
4. Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan seseorang yang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan tidak mampu memanfaatkan tenaga baik mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Berikut pengertian kemiskinan menurut ahli:
- Menurut BAPPENAS, kemiskinan adalah situasi serba kekurangan karena keadaan yang tidak dapat dihindari oleh seseorang dengan kekuatan yang dimilikinya.
- Menurut Reitsma dan Kleinpenning, kemiskinan adalah ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhannya, baik yang bersifat material maupun non-material.
- Menurut Suparlan, kemiskinan adalah standar tingkat hidup yang rendah karena kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang bila dibandingkan dengan standar kehidupan yang berlaku di masyarakat sekitarnya.
- Menurut Friedman, kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk memformulasikan kekuasaan sosial berupa asset, sumber keuangan, organisasi sosial politik, jaringan sosial, barang atau jasa, pengetahuan dan keterampilan, serta informasi.
- Menurut Faturachman dan Marcelinus Molo, kemiskinan adalah ketidakmampuan seseorang atau beberapa orang (rumah tangga) untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
- Menurut Ellis, kemiskinan adalah sebuah gejala multidimensional yang bisa dikaji dari dimensi ekonomi dan sosial politik.
- Menurut Levitan, kemiskinan adalah kekurangan barang dan pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup yang layak.
- Hall dan Midgley, menyatakan kemiskinan dapat didefenisikan sebagai kondisi deprivasi materi dan sosial yang menyebabkan individu hidup di bawah standar kehidupan yang layak, atau kondisi di mana individu mengalami deprivasi relatif dibandingkan dengan individu yang lainnya dalam masyarakat.
- Menurut Syaifuddin, membagi cara berpikir yang memandang kemiskinan sebagai gejala absolut dan sebagai gejala relatif. Cara berfikir (model) mengenai kemiskinan sebagai gejala absolut memandang kemiskinan sebagai kondisi serba berkekurangan materi, hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki sarana untuk mendukung kehidupan sendiri. Cara pandang relativistik ini terdiri atas dua cara pandang, yakni cara pandang (model) kebudayaan, dan cara pandang (model) Structural.
Dimensi kemiskinan termanifestasi dalam bentuk kekurangan gizi, air bersih, perumahan sehat, pelayanan kesehatan, dan pendidikan. Ciri kemiskinan secara umum adalah sebagai berikut.
- Angka kematian
- Tingkat kesehatan rendah
- Pendidikan rata-rata rendah
- Sikap yang sulit menerima perubahan, dan
- Mata pencaharian rendah dengan penguasaan teknologi yang rendah
Adapun menurut Munandar (2011) masyarakat dikatakan miskin apabila memiliki ciri-ciri berikut
- Tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, keterampilan, dan sebagainya
- Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha
- Tingkat pendidikan rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar karena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan
- Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas, berusaha melakukan apa saja
- Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai keterampilan
Secara umum kemiskinan dibedakan atas dua bentuk sebagai berikut
- Kemiskinan yang bersifat kultural (alamiah), disebabkan oleh individu itu sendiri.
- Kemiskinan yang bersifat struktural, sebagai akibat sistem dan struktur yang ada.
Kaitan dengan kebijakan pembangunan, menurut Nasikun, masalah kemiskinan yang disebabkan oleh ketimpangan antara desa dan kota merupakan implikasi strategi pembangunan yang bias kota. Perwujudannya bukan hanya dalam bentuk jumlah investasi pembangunan yang lebih banyak dicurahkan untuk pembangunan pada sektor perkotaan, tetapi karena seluruh instrumen dan mekanisme kerjanya bias lebih menguntungkan kepentingan penduduk kota (Soetomo, 2008).
Adapun menurut Dixon, dengan pendekatan ekonomi politik, kemiskinan dilihat sebagai akibat dari tidak meratanya penguasaan sumber daya dalam masyarakat. Dengan kata lain, sistem sosial ekonomi yang berlaku memungkinkan terkonsentrasinya kekuasaan dan sumber daya pada pihak tertentu. Kondisi ini dapat terjadi pada skala nasional maupun internasional.
5. Kemerosotan Moral
Kemerosotan moral muncul sebagai akibat ketimpangan sosial tidak hanya dilakukan oleh kelompok yang kurang mampu saja tetapi kelompok masyarakat yang terpenuhi segala kebutuhannya atau mampu juga mengalami kemerosotan moral, hal ini dipicu oleh berkembangnya sikap individualistis dan materialistis.
6. Pencemaran Lingkungan Alam
Pencemaran lingkungan alam adalah rusaknya tata lingkungan yang disebabkan oleh ulah manusia. Rusaknya lingkungan karena faktor alam secara alamiah alam akan memperbaikinya kembali. Namun, pencemaran lingkungan karena ulah manusia sangat sulit diperbaiki apabila manusia tidak cepat sadar untuk menghentikannya.
D. Upaya Mengatasi Ketimpangan Sosial
Perlu terlebih dahulu mengidentifikasi apa yang menyebabkan timbulnya ketimpangan sosial apabila kita ingin mencari solusi. Langkah tersebut adalah sebagai berikut.
- Tentukan masalah yang akan dicari solusinya
- Identifikasi faktor-faktor penyebab masalah itu timbul
- Cari beberapa alternatif solusinya
- Pilih yang paling penting yang harus diselesaikan dahulu dan kemudian lanjutkan ke solusi berikutnya
Berikut adalah usaha-usaha yang dapat ditempuh untuk mengatasi ketimpangan sosial
1. Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah untuk mengatasi ketimpangan sosial sebenarnya sudah ada sejak dahulu yang tertuang dalam undang-undang sebagai berikut
a. UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1 dan Ayat 2
b. UUD 1945 Pasal 34 Ayat 1 dan Ayat 2
c. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
d. UU No. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial
2. Bank Dunia
Upaya-upaya untuk mengatasi ketimpangan sosial yang terjadi di dalam masyarakat antara lain
a. Investasi pada jaring pengaman untuk melindungi warga rentan
b. Ciptakan lapangan kerja yang lebih banyak dan lebih baik untuk warga miskin
c. Ciptakan kondisi ekonomi yang tahan terhadap krisis dan lonjakan harga
d. Rancang program jaminan sosial yang bisa menurunkan tingkat ketimpangan
e. Meluncurkan program pemberdayaan masyarakat untuk orang yang terpinggirkan
f. Tingkatkan akses terhadap makanan, akses kesehatan, dan pendidikan untuk warga miskin
g. Pungut pajak dengan benar dan pastikan bahwa belanja pemerintah lebih berpihak pada orang miskin
3. BPPPD
Adapun menurut Buku Pegangan Perencanaan Pembangunan Daerah (BPPPD) Tahun 2014, upaya untuk mengatasi ketimpangan sosial adalah dengan cara melakukan pemerataan yang berkeadilan dengan memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh masyarakat untuk berperan serta dalam pembangunan dan menikmati hasil pembangunan (inclusiveness).
Target utamanya adalah masyarakat miskin, sehingga strategi yang diterapkan dalam pemerataan ini harus berpihak kepada masyarakat miskin. Upaya pemerataan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pemberdayaan melalui peningkatan partisipasi dan perluasan manfaat
2. Peningkatan akses dan kualitas pendidikan dan kesehatan
Berikut upaya yang dapat dilakukan:
a. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
b. Peningkatan perbaikan gizi
c. Pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
d. Pelaksanaan jaminan kesehatan
e. Peningkatan efektivitas pengawasan obat dan makanan
Sedangkan upaya untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan yang merata dan berkeadilan, maka pemerintah harus memastikan bahwa layanan pendidikan tersedia secara memadai, merata, dapat diakses oleh seluruh masyarakat, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap masyarakat tanpa diskriminasi.
Thanks for reading & sharing E-LEARNING
0 komentar:
Post a Comment