Home » » BAB 2 STRATIFIKASI & MOBILITAS SOSIAL [KTSP]

BAB 2 STRATIFIKASI & MOBILITAS SOSIAL [KTSP]

Posted by E-LEARNING on Thursday, 23 February 2017

Menurut Soerjono Soekanto, kriteria yang dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat kepada lapisan tertentu adalah berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Kekayaan.
Semakin besar pendapatan seseorang, semakin besar kesempatan memiliki banyak harta benda dan semakin besar peluangnya untuk menduduki strata atas.
2. Kekuasaan.
Kekuasaan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menentukan kehendaknya terhadap orang lain. Anggota masyarakat yang memiliki kekuasaan dan wewenang besar akan menempati strata atas.
3. Keturunan (kehormatan).
Kriteria keturunan ini terlepas dari ukuran kekayaan atau kekuasaan. Dalam masyarakat feodal, keluarga raja atau bangsawan menempati strata atas. Seperti gelar Raden di Jawa Tengku di Aceh, I Gde di Bali, dan lain sebagainya.
4. Pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Dalam masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan, orang yang memiliki keahlian atau profesionalis akan mendapatkan penghargaan yang lebih besar. Seperti dokter, hakim, profesor.

STRATIFIKASI SOSIAL 
Pembedaan anggota masyarakat berdasarkan status yang dimilikinya dalam sosiologi dinamakan Stratifikasi Sosial.
Adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (Pitirim Sorokin)
Stratifikasi sosial merupakan gejala universal dan merupakan bagian dari sistem sosial masyarakat.


Di masyarakat yang sederhana, wujud stratifikasi sosial terlihat pada
1. Adanya kelompok berdasarkan jenis kelamin dan umur dengan pembedaan hak dan kewajiban
2. Adanya pemimpin kelompok atau suku yang berpengaruh dan memiliki hak istimewa.
3. Adanya pembagian kerja di dalam suku itu sendiri.
4. Adanya orang-orang yang dikucilkan di luar kasta.

Unsur-unsur Lapisan Masyarakat
1. KEDUDUKAN (STATUS)
Status adalah Tempat seseorang dalam kelompok sosial.
Konsep status:
1. Status utama (master status)
2. Status yang diraih (achieved status)
3. Status yang diperoleh (ascribed status)
Macamnya:
1. Ascribed Status. Status yang didapat secara alamiah. Kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan kemampuan. Diperolehnya melalui kelahiran. Seperti senioritas, kepandaian, jenis kelamin.
2. Achieved Status. Status yang diperoleh dengan usaha tertentu yang disengaja. Seperti pangkat dalam militer ataupun kedudukan di tempat bekerja.
3. Assigned Status. Suatu kelompok memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang karena jasa-jasanya yang besar kepada kelompok tersebut. 

Menurut Ralph Linton, sejak lahir orang memperoleh sejumlah status tanpa memandang kemampuan. Status yang diperoleh dengan sendirinya antara lain status berdasarkan:
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Hubungan kekerabatan
4. Keanggotaan dalam kelompok tertentu seperti kasta dan kelas.

Ad, 1. Stratifikasi usia.
Stratifikasi yang membedakan warga masyarakat berdasarkan usia seseorang.
Anggota masyarakat yang berusia lebih muda mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda dengan anggota masyarakat yang lebih tua.
Dalam hukum adat suatu masyarakat tertentu anak sulung mempunyai kewenangan lebih besar daripada adik-adiknya, bisa juga memperoleh prioritas dalam pewarisan harta atau kekuasaan.

Contoh:
Elizabeth, putri sulung dari George, Raja Inggris, mewarisi tahta kerajaan Inggris tatkala ayahnya meninggal dunia pada tahun 1952.
Kaisar Jepang, Hirohito, mewarisi tahtanya pada putra sulungnya, Akihito.
Ratu Wilhelmina dari Belanda mewarisi tahtanya pada Ratu Juliana dari Belanda dan saat meninggal ia mewarisi tahtanya pada putri sulungnya, Beatrix.

Ad. 2. Stratifikasi jenis kelamin
Stratifikasi yang membedakan warga masyarakat berdasarkan jenis kelamin seseorang.
Sejak dilahirkan pria dan wanita memperoleh hak dan kewajiban yang berbeda. Dalam banyak masyarakat status pria lebih tinggi dari wanita. Partisipasi wanita dalam dunia kerja relatif terbatas dibandingkan dengan pria bekerja.

Ad.3. Stratifikasi berdasarkan hubungan kekerabatan
Status yang didapatkan individu karena memiliki hubungan dengan individu tertentu yang menduduki strata tertentu.
Contohnya:
Corazon Aquino, yang terpilih menjadi Presiden setelah suaminya wafat.
Megawati Soerkarno Putri, yang tepilih menjadi Presiden setelah ayahnya wafat.
Benazir Bhutto yang menjadi Perdana Mentri Pakistan, setelah ayahnya Zulfikar Ali Bhutto dihukum mati.

Ad. 4. Stratifikasi Keanggotaan
Stratifikasi keagamaan
Stratifikasi yang membedakan warga masyarakat berdasarkan agama yang dianut seseorang.

Stratifikasi etnis / ras
Stratifikasi yang membedakan warga masyarakat berdasarkan keanggotaan seseorang dalam kelompok etnis / ras.

Pembedaan hak dan kewajiban warga masyarakat berdasarkan kebudayaan dapat kita jumpai antara lain di Israel, dimana orang Palestina dan Arab tidak mempunyai hak yang sama dengan orang Yahudi.

Dalam masyarakat India, dijumpai empat kasta yaitu:
1. Kasta Brahmana, merupakan kasta para pendeta.
2. Kasta Ksatria, merupakan kasta para bangsawan & tentara
3. Kasta Vaicya / Vidya, merupakan kasta para pedagang
4. Kasta Sudra, merupakan kasta orang biasa, rakyat jelata.
Mereka yang tak berkasta adalah dimasukkan kedalam golongan Paria.

Sistem Kasta di India dijumpai pula di Amerika Serikat dimana terdapat pemisahan yang tajam antara golongan kulit putih dengan golongan kulit berwarna. Sistem tersebut dikenal dengan istilah Segregation yang sebenarnya tidak berbeda dengan sistem apartheid di Uni Afrika Selatan.

Stratifikasi yang lainnya
Stratifikasi pendidikan
Stratifikasi yang membedakan warga masyarakat berdasarkan jenjang pendidikan tertinggi yang diraih.

Stratifikasi pekerjaan
Stratifikasi yang membedakan warga masyarakat berdasarkan pekerjaan yang dilakukan.
Di bidang pekerjaan modern, kita mengenal berbagai klasifikasi yang mencerminkan stratifikasi pekerjaan seperti pembedaan antara manajer serta tenaga eksekutif dan tenaga admistratif. Antara asisten dosen, lektor dan guru besar.

Stratifikasi ekonomi
Stratifikasi yang membedakan warga masyarakat berdasarkan pekerjaan, penguasaan dan pemilikan materi.

2. PERANAN (ROLE)
Peranan merupakan aspek yang dinamis dari suatu kedudukan (status). Peranan adalah tingkah laku yang diharapkan dari orang memiliki status. Antara status dan peranan tidak dapat dipisahkan. Tidak ada peranan tanpa status. Status tidak berfungsi tanpa peranan. Contohnya dalam kelas seorang siswa tidak akan bisa mengatur ketertiban jika ia tidak memiliki status sebagai ketua kelas. Peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat, serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya.

Terkadang timbul pula apa yang dinamakan konflik peranan, yaitu ketika orang harus memilih peranan dari dua status atau lebih yang dia miliki. Contohnya seorang wanita yang merupakan ibu rumah tangga tapi juga sebagai wanita karir. Saat putrinya sakit, dia harus memilih untuk tetap ke kantor atau membawa putrinya berobat ke dokter. Konflik status bisa juga terjadi antar individu, misalnya suami dengan istrinya. Juga bisa terjadi antara kelompok atau institusi, misalnya Mahkamah Agung dengan Mahkamah Yudisial.

Akibat Stratifikasi Sosial
Menurut Moore dan Davis, stratifikasi dibutuhkan demi kelangsungan hidup masyarakat. Dalam masyarakat terdapat status-status yang harus ditempati agar masyarakat dapat berlangsung. Perbedaan kelas sosial berkaitan dengan perbedaan  fertilitas, harapan hidup bayi pada waktu lahir, kestabilan keluarga, kesehatan mental, perilaku seks, kehidupan beragama, mode dan sikap politik.

Salah satu perbedaan perilaku kelas dijumpai dalam busana yang dipakai warga masyarakat di perkotaan. Kaum wanita dari kalangan kelas atas akan mengacu pada karya perancang mode terkenal dari Paris, New York, London, Tokyo dan Roma. Kaum wanita kelas menengah akan memakai busana ciptaan perancang mode terkenal dalam negeri. Sedangkan pilihan busana yang berada di kelas bawah akan cenderung berorientasi pada disain yang ditentukan para grosir di pusa penjualan pakaian, misalnya di Tanah Abang atau Mangga Dua

Kedudukan dalam suatu kelas sosial mempunyai arti penting bagi seseorang, Max Weber mengaitkan kedudukan dalam suatu kelas dengan life change (peluang untuk hidup). Dengan kekayaan yang dimilikinya, seseorang mampu menjalani pemeriksaan dan perawatan medis di luar negeri.

Dalam sosiologi dikenal yang dinamakan dengan Mobilitas Sosial artinya adalah perpindahan status dalam stratifikasi sosial. Mobilitas sosial dapat mengacu pada individu maupun kelompok. Mobilitas individu misalnya perubahan status dari tukang menjadi dokter. Mobilitas kelompok misalnya mobilitas antargenerasi, yaitu antara orangtua dengan anaknya.

Menurut Paul. B. Horton, mobilitas sosial adalah Gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya. Mobilitas sosial mempunyai kaitan atau hubungan yang sangat erat dengan pelapisan sosial atau stratifikasi sosial. Arah gerak mobilitas sosial, dapat secara horizontal maupun secara vertikal ke atas atau ke bawah. Gerak sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena lebih memungkinkan untuk berpindah strata. Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya tertutup, kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit.

Bentuk Mobilitas Sosial:
1. Mobilitas Sosial Horizontal
Merupakan peralihan dari satu kelompok ke kelompok lain yang sederajat. Misalnya guru matematika yang berpindah mengajar dari SMK ke SMA. Dapat disimpulkan bahwa pada diri guru matematika tersebut tidak ada perubahan status, dia tetaplah guru matematika pada sekolah yang sederajat.
2. Mobilitas Sosial Vertikal
Perpindahan individu atau kelompok dari satu strata ke strata lain yang tidak sederajat. Misalnya seorang dosen karena memenuhi persyaratan tertentu diangkat menjadi Rektor, disini ada perubahan status, yaitu dari hanya mengajar lalu harus memimpin institusi.
3. Mobilitas antar generasi.
Perpindahan strata dikarenakan peralihan generasi. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik atau turun dalam sebuah generasi. Misalnya ayah si Doel adalah supir oplet, namun si Doel berhasil meraih gelar Insinyur dan bekerja dengan pendapatan yang lebih dari cukup. Sehingga keluarga si doel telah terjadi mobilitas.

Namun perlu diingat bahwa di dalam mobilitas sosial tidak bisa dilepaskan dari Sifat Sistem Lapisan Masyarakat itu sendiri, yaitu:
1. Bersifat tertutup.
Membatasi kemungkinan seseorang untuk pindah dari satu lapisan ke lapisan lain, baik ke atas atau ke bawah.
Dalam sistem ini, cara untuk menjadi anggota suatu lapisan masyarakat adalah kelahiran.
Contoh: Sistem kasta pada masyarakat India. Apharteid pada masyarakat di Afrika Selatan.  Pemisahan warna kulit di Amerika Serikat.
2. Bersifat terbuka.
Dalam sistem terbuka setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk naik pada lapisan diatasnya.

Faktor-faktor yang menghambat Mobilitas Sosial
1. Perbedaan rasial dan agama. Contohnya adalah sistem kasta di India dan apartheid di Afsel
2. Kemiskinan. Kemiskinan dapat membatasi perkembangan, misalnya keluarga yang tidak menyekolahkan anaknya, maka tidak akan ada perubahan drastis di keluarga tersebut.
3. Perbedaan jenis kelamin dalam masyarakat. Perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap prestasi, kekuasaan dan status sosial. Bagi wanita yang di desa dan masih sederhana pola pikirnya, maka peran ibu rumah tangga yang hanya mengurus dapur, sumur dan kasur dianggap sudah cukup. Sehingga tidak terjadi mobilitas di dirinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Mobilitas Sosial:
1. Perubahan kondisi sosial. Misalnya kemajuan industri yang dapat merubah cara hidup individu yang semula bertani beralih menjadi buruh.
2. Gerak populasi. Misalnya perkembangan kota menyebabkan terjadinya transmigrasi maupun urbanisasi.
3. Komunikasi yang bebas. Pendidikan dan komunikasi yang bebas akan memudarkan semua batas dari strata sosial yang ada dan merangsang mobilitas.
4. Pembagian kerja. Kondisi negara dapat memacu masyarakat untuk lebih kuat berusaha agar dapat menempati status tertentu dalam pekerjaan.
5. Situasi politik. Kondisi politik yang tidak stabil memungkinkan perpindahan penduduk baik untuk mengungsi atau beralih kewarganegaraan.

Yang dapat dilakukan untuk mobilitas ke atas:
1. Perubahan standar hidup.
2. Perubahan tempat tinggal.
3. Perubahan tingkah laku.
4. Perubahan nama.
5. Perkawinan.
6. Bergabung dengan asosiasi tertentu.

Saluran mobilitas sosial:
1. Organisasi politik.
2. Organisasi ekonomi.
3. Organisasi profesi/keahlian.
4. Lembaga keagamaan.
5. Lembaga pendidikan.
6. Angkatan bersenjata
7. Perkawinan.

Thanks for reading & sharing E-LEARNING

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts